(Jakarta, 20/2/2012) Rencana Kementerian Perhubungan untuk membangun kereta api super cepat yang mampu melaju dengan kecepatan rata-rata 300 kilometer/jam adalah suatu program jangka panjang yang terencana. Perencanaan dilakukan mulai April tahun 2012 ini secara bertahap.

Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Tundjung Inderawan kepada wartawan di ruangan kerjanya Senin sore (20/2) mengatakan, pembangunan kereta api super cepat Argo Cahaya sekelas kereta Shinkansen di Jepang adalah proyek yang sangat mungkin kita realisasikan, bukan proyek mimpi.

"Kita akan buat rencana yang jelas dan rencana itu sangat masuk akal untuk di realisasikan. Sudah ada pembicaraan awal dengan pihak Jepang dengan loan (pinjaman) selama 40 tahun," kata Tunjung.

Kemenhub bahkan sudah melakukan studi kelayakan usaha sejak 2008 bersama pihak Jepang. Kereta ini akan melayani rute Jakarta-Surabaya sepanjang 685 kilometer (km) dan dapat ditempuh dengan waktu 2 jam 53 menit.

Dalam suatu seminar perkeretaapian di Jakarta belum lama ini, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan, dipilihnya jalur Jakarta-Surabaya karena dapat menghubungkan dua pusat pertumbuhan ekonomi terbesar di Indonesia, sehingga akan menghidupkan kota-kota lainnya yang dilalui.
 
Sama seperti kereta super cepat di sejumlah negara seperti di Jepang yang menghubungkan Tokyo dan Osaka, di China, menghubungkan Beijing dan Shanghai dan di Amerika Serikat menghubungkan Boston dan Washington

Bambang menjelaskan dalam studi awal kereta super cepat ini, kecepatan maksimal mencapai 300 km/jam dan rata-rata 250 km/jam. Saat ini untuk jalur Jakata-Surabaya yang dilayani dengan  kereta Argo Bromo ditempuh dengan waktu sekitar 9 jam atau  hanya memiliki kecepatan 90 km/jam.

Rangkaian kereta super cepat Agro Cahaya akan digerakkan listrik, rencananya satu rangkaian terdiri dari 8-12 gerbong yang akan mampu mengangkut 600 penumpang. Pembangunannya membutuhkan jalur melayang atau elevated sehingga menghindari persinggungan dengan kendaraan bermotor di jalan raya.

Kereta super cepat ini akan menelan dana USD14,3 miliar hanya untuk kontruksi, belum termasuk lahan, dan detail engineering desain, sehingga kalau di total menelan dana USD20 miliar atau Rp180 triliun.
 
“Soal rencana pembangunan kereta super cepat ini masih dalam tataran konsep awal, dan sudah kami lakukan pra FS bersama pihak Jepang yakni Japan International Cooperation Agency (JICA), dan Japan Transport Consultant sejak 2008. Kami akan mengikuti konsep kereta Shinkansen di Jepang, kereta ini sudah 45 tahun tanpa ada kecelakaan atau zero accident,” kata Bambang.

Dari studi awal itu, lanjutnya, biaya pengerjaan per kilometernya kira-kira mencapai USD29 juta-USD30 juta/km atau Rp261 miliar per km. Di China mencapai Rp223 miliar/km, di Taipei Rp331 miliar/km. Untuk membangunnya diperlukan waktu sekitar 10 tahun yang terbagi dalam tiga periode, yakni, tiga tahun untuk masa desain, 5-6 tahun untuk konstruksi, dan sisanya untuk uji coba. Di negara tetangga juga sudah ada yang melakukan kajian untuk membangun kereta super cepat ini yakni Malaysia dan Thailand.

Yang mengoperasikan kereta api cepat tersebut nantinya bisa PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau juga swasta. Harga tiketnya nanti lebih murah dari pesawat dan tidak akan mematikan kereta api jarak jauh lainnya karena pangsa pasarnya jelas berbeda.

Nantinya proyek ini direncanakan menggunakan skema private public partnership atau kerjasama pemerintah swasta. Pemerintah turut andil dalam pembiayaannya. “Tetapi jika ada pihak swasta yang tertarik untuk membangun lebih dahulu dengan hitung-hitungan tertentu,

Tunjung mengatakan, proyek ini memang program jangka panjang pemerintah. Karena yang menjadi prioritas saat ini adalah pembangunan kereta api bandara dan jalur ganda kereta lintas Utara Jawa.

"Kalau pembangunan jalur ganda kereta api lintas Utara Jawa sudah selesai pada 2014, kereta super cepat ini sudah dapat dijadikan prioritas untuk dibangun,” tutur katanya.

Untuk itu Tundjung dibantu Atase Perhubungan di Jepang, akan melakukan serangkaian pembicaraan melalui program Railway Talk untuk membahas isue-isue sekaligus melakukan update terhadap renecana pembangunan perkeretaapian di Indonesia ke depan.

Agenda Railway Talk ini akan dihadiri oleh perusahaan-perusahaan kereta api berskala internasional, operator kereta api dari manca negara juga perusahaan-perusahaan atau pabrikan yang membuat peralatan atau komponen serta perusahaan pembiayaan.

Kapan waktunya? Tergantung kapan pihak yang memberikan pembiayaan memastikan memberikan bantuan. Sebelum pinjaman itu turun, harus sudah di siapkan tahapan-tahapan perencanaannya. (PR)