(Semarang, 11/9/2012) Jumlah pintu perlintasan kereta api di Jawa Tengah pada tahun 2012 tercatat sebanyak 1614 buah, naik sekitar 7,17 % dibanding tahun 2011 yang berjumlah 1506 buah.  Jumlah yang tercatat tersebut merupakan jumlah pintu perlintasan resmi yang dijaga ataupun tidak dijaga. Dari sejumlah pintu perlintasan tersebut hanya sekitar 17 % yang dijaga (268 buah) sedangkan 83 % (1346) lainnya tidak dijaga. Informasi ini disampaikan oleh Prasetyo Kepala Bidang ASDP Dan Perkeretaapian Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (DISHUBKOMINFO) Propinsi Jawa Tengah, di Semarang Selasa (11/9).

Menurut Prasetyo peningkatan jumlah perlintasan sebidang tidak dapat dielakkan karena adanya perkembangan lingkungan di sekitar wilayah jalur kereta api, seperti misalnya munculnya komplek perumahan, komplek pertokoan dan perkembangan aktifitas perekonomian warga setempat. Prasetyo menambahkan jumlah perlintasan sebidang di lapangan tentunya akan lebih banyak mengingat masih adanya pintu-pintu perlintasan liar, walaupun penertiban terhadap pintu lintasan liar ini selalu dilakukan.

Peningkatan jumlah perlintasan sebidang ini menjadi krusial apabila dikaitkan dengan pembangunan jalur ganda (double track) kereta api di jalur pantura yang akan selesai pada tahun 2013, Prasetyo memandang perlu meningkatkan langkah dan upaya agar tidak terjadi peningkatan kecelakaan di perlintasan sebidang. “Jalur ganda akan meningkatkan kapasitas jalur sehingga terdapat 200 kereta yang lewat per hari, artinya bisa setiap 10 menit sekali kereta lewat tentu hal ini membutuhkan perhatian,” kata Prasetyo.

Sejak tahun 2006 di lingkup propinsi Jawa Tengah secara kelembagaan telah dibentuk tim koordinasi penanganan perlintasan sebidang, berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 551.6.05/20/2006. Selain itu itu telah dilakukan berbagi langkah/kegiatan baik yang bersifat fisik ataupun non fisik. Yang bersifat non fisik misalnya penyusunan desain fly over dan under pass, pembinaan dan bimbingan teknis perlintasan sebidang, sosialisasi keselamatan sebidang atau studi manajemen traffic perlintasan sebidang. Untuk kegiatan yang bersifat fisik misalnya berupa pengadaan dan pemasangan peringatan dini perlintasan, pengadaan dan pemasangan rambu dan marka, pemberian bantuan alat penjagaan bagi petugas perlintasan sebidang.

Menghadapi tantangan ke depan terkait peningkatan keselamatan di pintu perlintasan sebidang di Jawa Tengah, kendala utama yang dihadapi menurut Prasetyo adalah keterbatasan anggaran. Untuk itu pihaknya berharap agar peran serta dan keterlibatan Pemerintah Daerah lebih diperjelas dan dipertegas sehingga ada perhatian terhadap peningkatan keterbatasan sumber daya yang ada saat ini. (BRD)