(Nagrek, 4/9/10)  Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono menyatakan, jalur lingkar Nagreg sepanjang 5 kilometer, yang menghubungkan Kabupaten Garut dengan Kabupaten Bandung sudah siap digunakan pada masa angkutan lebaran tahun 2010 (1431 H) ini.

Namun demikian Bambang minta kepada Dishub Jawa Barat untuk melengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas di berbagai titik dan tikungan. Sedangkan kepada para pengguna diminta untuk tetap berhati-hati terutama pada tanjakan setelah rel kereta api, karena kondisi jalan yang menanjak dengan sudut yang cukup curam.

 Wakil Menhub Bambang Susantono yang di dampingi Dirjen Perhungan Darat Kementrian Perhubungan Suroyo Alimoeso dan Kepala Dinas Perhubungan Porpinsi Jawa Barat Dicky Saromi, Sabtu (04/09) melakukan inspeksi ke jalan lingkar Nagreg. Maksud dan tujuannya adalah untuk menyaksikan secara langsung kesiapan jalur tersebut sekaligus melakukan uji coba jalan tersebut.

 ''Secara prinsip jalur ini sudah siap digunakan sebagai jalur pada arus mudik maupun arus balik pada lebaran 2010 ini. Namun demikian ada yang arus di benahi dan di lengkapi, terutama rambu-rambu lalu lintasnya yang jumlahnya masih sangat minim,'' kata Bambang usai mencoba jalur tersebut.

 Usai mencoba sendiri jalur baru tersebut, Wamenhub mengatakan meskipun pengaspalan baru satu lapis, namun jalan cukup rata dan tidak menimbulkan goncangan. ''Saya sudah minta kepada Dinas Perhubungan Jawa barat untuk segera memasang rambu-rambu lalu lintas lainnya, khususnya di sejumlah tikungan yang cukup tajam,'' kata Wamenhub yang segera disanggupi Kepala Dinas Perhubungan Jabar.

Belum rapihnya pinggiran jalan berupa tebing-tebing dan tanah merah juga menjadi perhatian Wamenhub. Kemungkinan terjadinya longsor pada dinding kiri dan kanan juga harus mendapat perhatian, mengingat diperkirakan pada masa angkutan lebaran curah hujan akan cukup tinggi. Yang harus di usahakan adalah agar jalan selalu kering. Karena kalau jalanan tergenang sementara kondisi penerangan masih sangat minim, hal itu sangat membahayakan pengguna jalan.


Selain minimnya rambu-rambu lalu lintas yang tersedia, Wamenhub juga mengingatkan untuk segera menambah lampu penerangan jalan. Berdasarkan pemantauan www.dephub.go.id saat ini baru tersedia dua buah warning light yang dipasang sekitar 200 meter dari jembatan Ciherang dan disekitar jembatan Citiis.

 Sedangkan lampu penerangan dipasang dengan teknologi solar cell baru ada di lima titik yaitu di daerah-daerah yang dinilai rawan, dan memerlukan penerangan yang cukup. ''Jumlah tersebut memang belum mencukupi untuk daerah yang baru di buka. Saya juga sudah minta kepada Kepala Dinas Perhubungan Jabar untuk menambah kembali lampu penerangan jalan,'' kata Bambang.

Teknologi Solar Cell dirasakan sebagai teknologi yang tepat untuk saat ini, mengingat jalur ini belum ada aliran listrik. Maklum jalur baru lingkar Nagreg ini dulunya adalah bukit yang oleh masyarakat setempat ditanami singkong, kacang dan jagung. Karena belum adanya aliran listrik itu pula, nantinya di samping kiri dan kanan akan dipasang spotlight dengan menggunakan tenaga diesel. Spotlight sangat diperlukan karena ada beberapa bagian yang samping kiri maupun kanannya merupakan jurang. Bilamana tidak diberi spotlight sangat berbahaya bagi pengendara yang melaju kendaraannya di jalur ini pada malam hari.

 Lampu sorot juga akan disiapkan di posko dekat tanjakan, untuk menerangi jalan di sekitar tanjakan. Selain sebagai penerang juga sebagai penanda bahwa di daerah tersebut ada posko petugas yang siap membantu pengguna jalan.

 Tanjakan Curam

 Salah satu hal yang perlu mendapatkan perhatian pengguna jalan pada jalur itu adalah adanya tanjakan yang sudut kemiringannya masih cukup curam yaitu 14 %. Kemiringan ini memang masih lebih rendah dengan yang ada di jalaur Nagreg yaitu dengan kemiringan 18 %. Namun mengingat jalur ini masih baru, pengendara mobil khususnya mobil yang sudah tua atau mobil truck dengan angkutan yang berat harus mewaspadainya.

Sempitnya jalur ini membuat pengendara tidak boleh memacu kendaraannya dengan cepat. Paling aman ya sekitar 40-60 kilometer/jam.

 Dalam uji coba kemarin ada satu kendaraan Mitsubishi Colt T 120 SS dengan nomor polisi D 8373 TD yang mengangkut beras dari arah Garut tidak bisa menanjak dan berhenti. Demikian juga satu mobil Jimny terpaksa di dorong oleh petugas untuk bisa melewati tanjakan yang curam.

Dirjen Perhubungan Darat Suroyo Alimoeso mengatakan, daerah ini memang cukup rawan untuk kendaraan yang tua maupun kendaraan dengan beban berat. Untuk itu ia mengingatkan pengendara untuk menggunakan perseneling gigi 1. ''Kalau telat mengoper dari bawah, saya khawatir kendaraan tersebut tidak bisa melewati tanjakan itu,'' kata Suroyo seraya mengatakan akan melengapi dengan baliho peringatan “Pakai Gigi 1”

 Tanjakan 14 derajat ini menurut Suroyo nantinya akan kembali di pangkas setelah arus balik berakhir. Setelah lebaran, jalur ini akan kembali di tuup dan tanjakan yang posisinya masih 14 derajat ini akan di bongkar kembali dan diubah menjadi 8 derajat.

Mengantisipasi terjadinya kemacetan sebagai akibat adanya mobil yang mogok pada tanjakan tersebut, Wamenhub minta agar di lokasi tersebut mobil di siapkan derek dan service car, sebagai antisipasi bilamana ada kendaraan yang bermasalah. Selain itu, harus juga ditempatkan petugas yang dapat bergerak cepat atau respons timm yang selalu standby di lokasi tersebut. (BRD/Tim)