(Cirebon, 26/08/09) Berbagai persiapan dilakukan PT KA Daerah Operasi (Daops) III Cirebon dalam mengantisipasi lonjakan penumpang arus mudik lebaran tahun 2009 ini, diantaranya dengan menambah jadwal keberangkatan dan rangkaian KA Cirebon Ekspres, serta mengoperasikan KA Argo Jati. “Lonjakan penumpang arus mudik kali ini diperkirakan akan mengalami peningkatan hingga 30 persen,” kata Kepala Stasiun Kejaksan Cirebon, Den Bagoes Toat, ketika menerima tim www.dephub.go.id, di kantornya, Jumat (21/8).

Menurut Den Bagoes, secara regular Daops III Cirebon telah mengoperasikan lima KA Cirebon Ekspres (Cirek) dan dua kali KA Argo Jati dengan jurusan Cirobon-Jakarta pulang pergi (PP). Untuk mengantisipasi supaya tidak terjadi penumpukan akibat lonjakan penumpang pada lebaran nanti, akan ditambah dua KA Cirek. “Total keberangkatan Cirebon Ekspres menjadi 9 dan ditambah 2 KA Argo Jati,” jelasnya.

Dalam setiap harinya, KA Cirebon Ekspres diberangkatkan pukul 06.15, 07.40, 10.00, 15,15 dan 18.00 dari Cirebon ke Jakarta. Sedangkan untuk KA Argo Jati diberangkatkan pukul 05.45 dan 14.00. “Untuk KA tambahan nantinya akan dioperikan pada pukul 11.30 dan 17.00,” ujar Den Bagoes.


KA tambahan tersebut, baik untuk Cirebon Ekspres mupun Argo Jati, lanjut  Den Bagoes Toat, akan mulai dioperasikan pada H-10 hingga H+10 atau tepatnya mulai 11 September 2009. “Kita harapkan pengoperasian KA tambahan ini dapat menampung seluruh penumpang yang akan mudik, sehingga tidak terjadi penumpukan di Stasiun Cirebon,” imbuhnya.

Selain menambah jadwal pemberangkatan, Daops III Cirebon juga menyiapkan rangkaian gerbong tambahan untuk setiap pemberangkatan. Kalau pada hari biasa, KA Cirebon Ekspres diberangkatkan dengan delapan gerbong yang terdiri dari kelas eksekutif dan bisnis, untuk musim mudik lebaran akan ditambah masing-masing satu gebong untuk setiap kali pemberangkatan. “Jadi jumlahnya menjadi 10 gerbong untuk setiap kali pemberangkatan,” ujar Bagoes.

Sementara untuk mengantisipasi terjadinya Peristiwa Luar biasa Hebat (PLH), jajaran Daops III Cirebon terus meningkatkan kewaspadaan. Sebanyak 1.300 personil ditambah dengan unsur Polri, TNI dan instansi terkait lainnya, akan dikerahkan untuk melakukan pengawasan titik-titik rawan.


“Kami juga sudah berkoordinasi dengan Polres dan Polsek setempat untuk mengawasi sejumlah pintu perlintasan yang tidak terjaga. Pintu perlintasan ini ada akibat ulah masyarakat yang memakan jalan perintis tanpa koordinasi,” kata Bagoes.

Dia menjelaskan, wilayah Daops III dibagi menjadi dua lintasan, yakni lintas utara mulai dari Stasiun Cikampek – Stasiun Tegal dengan jarak tempuh lebih kurang 70 kilometer dan lintas barat, mulai dari Stasiun Cikampek – Stasiun Prupuk dengan jarak tempuh lebih kurang 80 kilimeter. “Di dua lintas utara dan barat tadi, ada sejumlah pintu perlintasan yang tidak dijaga. Makanya kita akan mengerahkan petugas ekstra untuk melakukan pengawasan, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan,” tutur Bagoes.

Pada kesempatan tersebut Bagoes juga mengungkapkan sejumlah kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan arus mudik lebaran nanti. Diantaranya masalah sarana dan prasarana pendukung kelancaran angkutan penumpang, seperti rangkaian dan lokomotif. “Ketika punya keinginan menjalankan KA lebih dari batas normal kita selalu kekurangan rangkaian dan lokomotif,” ungkapnya.


Makanya demi mengoptimalkan pelayanan kepada para pengguna jasa KA Cirebon Ekspres, lanjut Bagoes, pihaknya jauh-jauh hari telah mengajukan proposal penambahan dan kemudahan mengoperasikan rangkaian tambahan serta dukungan lokomotif ke pusat. “Kita berharap keinginan itu (sarana pendukung) bisa dipenuhi, sehingga kita bisa memberikan pelayanan dan kenyamanan yang optimal kepada para pemudik lebaran nanti,” harapnya.

Selain masalah rangkaian dan lokomotif yang kemungkinan akan menjadi kendala, faktor lain menjadi hambatan dan biasanya berpengaruh pada jadwal pemberangkatan adalah bertambahnya volume KA yang melintas di Stasiun Cirebon. Dalam kondisi normal saja, kata Bagoes di jumlah KA yang melintas, berhenti dan diberangkatkan dari Stasiun Kejaksan Cirebon ini jumlah mencapai 104 kali dalam satu hari.

Diperkirakan jumlah itu akan meningkat dua kali lipat pada masa musim mudik lebaran nanti. “Banyaknya KA yang melintas, kemungkinan akan berpengaruh terhadap jadwal keberangkatan dan kedatangan. Meskipun demikian, kita akan berupaya supaya semuanya bisa berjalan lancar. Kalau pun terjadi keterlambatan waktunya tidak terlalu lama,” pungkas Bagoes.

Mengenai tarif yang akan dikenakan kepada calon pemudik nanti, lanjut Bagoes, pihaknya akan menerapkan tarif atas dan bawah sesuai ketentuan yang berlaku. Pada hari biasa, sejak dihapuskannya kebijakan tuslah, ada penurunan tarif Cirebon Ekspres dari Rp 75.000 menjadi Rp 70.000 untuk kelas eksekutif. Sedangkan kelas bisnis dari Rp 65.000 menjadi Rp 60.000.

Operasikan KA Papandayan

Selain berharap dapat dukungan kemudahan mengoperasikan rangkaian dan lokomotif, Daops III juga punya keinginan dapat segera mengoperasikan KA Papandayan. Kehadiran KA jurusan Cirebon – Bandung ini sudah sangat dinantikan masyarakat, baik dari kalangan bisnis, mahasiswa dan pegawai. “Dengan jarak tempuh yang tidak lebih dari empat jam, KA banyak diminati masyarakat,” ujar Bagoes.


Dia menambahkan, selama ini jalur Cirebon – Ekspres dilayani dengan KA Harina jurusan Semarang – Bandung pulang pergi (PP). Tapi kedatangan dan keberangkatan KA ini jauh di luar waktu yang diinginkan masyarakat. “Makanya begitu kami berencana mengoperasikan KA Papandayan dengan waktu keberangkatan pukul 05.00 pagi, langsung mendapat respon positif dari masyarakat,” papar Bagoes.


Dalam setiap rangkaian KA Papandayan ini, terdapat delapan gerbong yang terdiri empat gerbong kelas eksekutif dan empat lainnya kelas bisnis. Harga yang ditawarkan untuk kelas eksekutif Rp 60.000 dan kelas bisnis Rp 40.000. “Artinya dalam hal tiket dan harga, kita tidak mengambil pangsa pasar moda transportasi darat lainnya,” imbuh Bagoes.

Namun Bagoes sangat menyayangkan, pengoperasian KA Papandayan yang awalnya akan diluncurkan pada Mei 2009 lalu, ditangguhkan hingga dalam waktu yang belum ditentukan. Keputusan untuk menunda pengoperasian KA Papandayan ini datang langsung dari PT KA Pusat di Bandung. Alasannya, terkait surat edaran yang dikirim Dinas Perhubungan (Dishub) Jawa Barat yang menilai pengoperasian KA Papandayan dapat menimbulkan keresahan bagi operator bus antarkota trayek Bandung – Cirebon.

Bagoes berpendapat, Pengoperasian KA Papandayan kalau dilihat dari rute yang dilaluinya tidak akan mengganggu moda transportasi darat lainnya. Dia mencontohkan, penumpang melalui Sumedang tidak mungkin naik KA ini, karena rute yang dilalui adalah Cirebon – Cikampek – Purwakarta – Bandung. “Selain itu, harga yang ditawarkan juga kompetitif,” ujarnya.

Namun demikian Bagoes mengaku tidak mampu berbuat banyak, selain menunggu keputusan dari Direksi PT KA dalam hal pengoperasian KA Papandayan ini. “Permintaan untuk bisa mengoperasikan tetap kita ajukan dengan berbagai pertimbangan. Tapi keputusan tetap di tangan direksi,” pungkasnya. (Tim).