Proses evakuasi korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 (SSJ-100) di Gunung Salak, Bogor, secara resmi telah dihentikan/ditutup. Masyarakat  menganggap  penyebab kecelakaan pesawat yang menewaskan 45 penumpang dan awak pesawat itu masih “misterius”.  Apalagi Tim SAR sejauh ini baru berhasil menemukan  cockpit voice recorder (CVR), sedangkan flight data recorder (FDR) belum ditemukan.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sebaiknya terus memberikan informasi tambahan dan melakukan berbagai klarifikasi kepada masyarakat terkait kecelakaan pesawat Sukhoi SSJ-100 sehingga masyarakat sudah punya informasi tambahan sebagai konfirmasi. Ini penting  agar saat  DPR memanggil  Menhub, opini positif masyarakat sudah terbentuk. Dengan begitu,  jika ada anggota Komisi V DPR yang mendikskreditkan Kemenhub, masyarakat sudah punya  informasi tambahan sebagai konfirmasi. 

Selain fokus pada penyebab kecelakaan, Komisi V DPR kemungkinan akan fokus pada proses perizinan joy flight dan pengurusan asuransi.  Untuk itu, Kementerian Perhubungan sebaiknya terus menyampaikan  informasi tentang dua hal tersebut.

Kemenhub secara konsisten juga perlu terus memberikan klarifikasi  mengenai berbagai spekulasi  yang berkembang,  seperti dugaan berbagai pendapat yang menyangkut komunikasi antara pilot  dan petugas air traffic controller (ATC); pesawat bermanuver keluar dari jalur penerbangan yang seharusnya, hingga dugaan pilot akan “melarikan diri”  sebelum pesawat menabrak tebing. 

Mengenai asuransi, perlu lebih gencar dan terbuka menginformasikan bahwa Pemerintah sedang memperjuangkan agar keluarga korban kecelakaan pesawat Sukhoi memperoleh asuransi sesuai ketentuan. Berdasarkan pernyataan manajemen PT  Trimarga Rekatama  (agen Sukhoi di Indonesia), pihak Sukhoi berjanji akan memberikan asuransi kepada keluarga korban sebesar US$ 50 ribu atau sekitar Rp 450 juta. Sementara, sesuai Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) No 77 Tahun 2001,  keluarga korban  semestinya mendapat ganti rugi  Rp 1,25 miliar.

Masyarakat juga perlu diberikan informasi mengenai flight data recorder (FDR). Perlu dijelaskan mengenai keabsahan penyelidikan kasus kecelakaan pesawat Sukhoi SSJ-100 di Gunung Salak jika FDR tak juga ditemukan.

Masyarakat juga diminta untuk tidak berspekulasi sampai KNKT dan pemerintah secara resmi mengumumkan  penyebab kecelakaan pesawat Sukhoi SSJ-100 tersebut. Dapat diinformasikan pula bahwa kendali penyelidikan kasus kecelakaan Sukhoi SSJ-100 di Gunung Salak ada di pihak Indonesia. Pihak Rusia hanya membantu.(JAB)