Lampung Selatan - Pembangunan terminal baru Bandara Radin Inten II dan Bandara Silampari diharapkan dapat mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi di kedua daerah sekitar Bandara tersebut. Potensi pariwisata, bisnis, dan investasi diharapkan dapat lebih berkembang di Radin Inten, Silampari, dan daerah sekitarnya. Demikian disampaikan Presiden RI Joko Widodo usai menandatangani prasasti yang menandai diresmikannya terminal baru Bandar Udara Radin Inten II, Lampung Selatan dan Bandar Udara Silampari, Lubuk Linggau yang bertempat di Bandara Radin Inten II, Lampung Selatan, Jumat (8/3).

Presiden Joko Widodo berpesan agar Bandara Radin Inten II sudah bisa melayani penerbangan internasional paling lama 2 minggu setelah peresmian.

"Selain itu saya berpesan agar transportasi massal seperti kereta bandara dari kota Bandar Lampung ke Bandara Radin Inten II harus mulai disiapkan sehingga jika pertumbuhannya lebih besar maka sudah siap," tegas Presiden.

Lebih lanjut, Presiden juga berpesan agar proses kerjasama Bandara Radin Inten II kepada PT. Angkasa Pura II dapat dipercepat agar anggaran negara dapat digunakan untuk pembangunan dan pembangunan Bandara lain yang lebih kecil dan membutuhkan.

Terkait dengan arahan Persiden agar ada penerbangan internasional dari Bandara Radin Inten II, sebelumnya Menhub Budi Karya Sumadi menjelaskan, bahwa syarat teknis Bandara Radin Inten II sebagai Bandara Internasional sudah terpenuhi, sehingga layak digunakan untuk penerbangan haji dan umroh.

"Bandara Radin Inten II dapat menampung 24 kloter jamaah haji dan jamaah umroh hingga 17 ribu jamaah. Saya meminta Pemerintah Daerah agar berkomunikasi dengan Kementerian Agama terkait slot dari di Madinah dan Jeddah, Arab Saudi. Apalagi di Lampung sudah ada asrama haji sehingga tahun ini Bandara Radin Inten II bisa langsung digunakan untuk haji/umroh untuk wilayah Lampung dan Sumatera Selatan," jelas Menhub.

Sementara itu, Dirjen Perhubungan Udara Polana B. Pramesti mengatakan, pihaknya tengah menunggu izin slot dari negara tujuan.

"Negara tujuan untuk penerbangan internasional yaitu Arab Saudi, Hongkong, dan Singapura," jelas Polana.

Terkait sinergitas angkutan massal kereta Bandara dari Bandar Lampung menuju Bandara Radin Inten II, Kepala Bandara Radin Inten II Asep Kosasih menjelaskan bahwa telah disiapkan DED (Detail Engineering Design) pengembangan jalur kereta bandara.

"Nantinya disiapkan rute sementara dari Sumatera Selatan - Tanjung Karang - Metro menuju Bandara Radin Inten II. Selain itu, direncanakan akan ada underpass, sudah dilaporkan ke Pemda dan proses pengajuan kepada Kementerian PUPR karena melewati jalan provinsi, " tambahnya.

Bandara Udara Radin Inten II, Lampung Selatan termasuk kategori Bandara kelas I dan dikelola oleh Unit Penyelenggara Bandar Udara Kementerian Perhubungan. Bandara tersebut melayani 32 rute penerbangan dengan maskapai Garuda Indonesia, Batik Air, Citilink, Sriwijaya, Lion Air, Express Air, dan Susi Air dengan jam operasional bandara dari pukul 06.00-21.00 WIB.

Pembangunan terminal Bandara Radin Inten II dilakukan sejak tahun 2016 dengan nilai investasi sebesar Rp 87,6 miliar untuk pembanguan gedung parkir dan Rp 98,6 miliar untuk pembangunan gedung terminal penumpang. Gedung terminal baru Bandara Radin Inten II mengadopsi budaya lokal yang terlihat pada simbol siger di gedung terminal, gapura pintu masuk, dan pintu keluar. Selain itu, terlihat desain interior budaya lokal pada counter check in dan ornamen di dinding kolom, pada gate keberangkatan dan kedatangan. Keunggulan terminal penumpang Bandara Radin Inten II, yaitu menerapkan konsep eco airport dan eco energi dengan pemanfaatan sinar matahari alami dan menggunakan lampu LED sehingga lebih ramah lingkungan.

Bandara Radin Inten II memiliki fasilitas sisi udara yaitu runway ukuran 3000 m x 45 m; apron berukuran 545 m x 110 m (8 parking stand); taxiway ukuran 95 m x 23 m dan taxiway ukuran 112 m x 23 m; strip 2770 m x 150 m. Sementara untuk fasilitas sisi darat antara lain terdiri dari terminal penumpang seluas 9.650 m2; gedung parkir terminal, gedung administrasi; gedung PKP-PK; gedung sub PKP-PK; gedung genset; gedung tower (LPPNPI); gedung workshop; gedung arsip; gedung perlengkapan; dan lain-lain.

Sedangkan, Bandara Silampari terletak di Kabupaten Lubuklinggau, Sumatera Selatan Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas III. Pembangunan terminal baru Bandara Silampari merupakan pembangunan yang dilakukan dengan tahun jamak (multiyears) yang dimulai sejak tahun 2016. Pada tahun 2016 merupakan pembangunan terminal bandara tahap I. Kemudian tahun 2017 dilakukan pembangunan fasilitas penunjang terminal, pembangunan sarana parkir, pembangunan jalan akses menuju terminal baru termasuk box culvert dan saluran drainase, pengadaan dan pemasangan CCTV terminal baru. Pada tahun 2018, pembangunan terminal dilanjutkan dan dilengkapi dengan kegiatan penunjang terminal meliputi pembuatan landscape area sisi darat, pengadaan dan pembangunan water supply bandara, pekerjaan interior terminal baru (tahun 2018). Bandara Silampari memiliki luas terminal penumpang 5.452 m2 dengan fasilitas sisi darat meliputi kantor administrasi, kantor operasional, gedung genset, gedung PKP-PK, gedung A2B. Selain itu, fasilitas sisi udara meliputi runway ukuran 2.200 m x 45 m; taxiway ukuran 155 m x 33 m; apron 130 m x 100 m untuk kapasitas 2 pesawat Boeing. Bandara Silampari melayani angkutan penumpang dan cargo dengan maskapai yang beroperasi yaitu Batik Air, Nam Air, dan Wings Air. (AH/RDL/CA/HA)