(Jakarta, 12/12/09) Departemen Perhubungan merencanakan program revitalisasi sejumlah terminal bus antarkota guna meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan kenyamanan maksimal kepada masyarakat. Terminal Bus Antarkota Pulogadung di Jakarta Timur, adalah satu dari sejumlah terminal yang direvitalisasi dalam waktu dekat.


”Koordinasi dengan Pemprov DKI Jakarta sudah dilakukan. Karena pola revitalisasi ini akan disesuaikan dengan tata ruang kota Jakarta, kita minta mereka ikut memberikan masukan untuk desain dan sistem tata kelolanya. Kita harapkan program ini bisa dilaksanakan pada awal 2010 nanti,” terang Direktur Jenderal Perhubungan Darat Suroyo Alimoeso di Jakarta, Jumat (12/12).


Secara garis besar, Suroyo memaparkan, melalui program revitalisasi ini Terminal Bus Pulogadung akan diupayakan menjadi ”Green Terminal”. Yaitu terminal ramah lingkungan yang didukung dengan sistem tata kelola moderen, di mana para calon penumpang tidak sebatas memanfaatkan terminal sebagai tempat untuk naik-turun kendaraan.


Terminal tersebut akan dirancang sedemikian rupa agar bisa juga dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat rendezvous yang nyaman, dengan segala fasilitas pendukung seperti koridor-koridor pejalan kaki yang tertutup, area niaga yang terlokalisasi, serta toilet yang sangat higienis. Suroyo menjamin, bus-bus tidak akan ada lagi mangkal atau berhenti sembarangan di luar terminal, serta tidak akan ada lagi pedagang kaki lima yang berkeliaran di kawasan terminal seperti sekarang ini.


”Kita akan buat bagaimana terminal bus Pulogadung nantinya akan senyaman mungkin. Masyarakat baru akan merasa kalau dia berada di terminal yaitu saat mereka masuk ke ruang tunggu pemberangkatan bus. Sebelum masuk ruang tunggu, mereka bisa keliling-keliling baik untuk belanja atau makan di tempat yang sudah disediakan, layaknya ketika berada di dalam mal. Untuk sitem tiketingnya, kita akan gunakan sistem elektronik,” paparnya.


Suroyo optimistis, konsep terminal bus ideal yang ramah lingkungan ini bisa terwujud. ”Kendala yang agak berat mungkin membudayakan dispilin dan sikap tertib, baik kepada masyarakat maupun aparat. Tapi, saya yakin bisa, karena masyarakat kita bukan masyarakat yang bodoh. Coba lihat terminal atau bandara di luar negeri seperti di Singapura atau China yang sangat nyaman itu, tidak ada calon penumpang yang bandel dan bersikap sembarangan, termasuk warga Indonesia. Nah, di negara orang kita bisa kok tertib, masak di rumah sendiri tidak bisa?” pungkasnya. (DIP)