“Sepanjang nyaman, saya akan tetap menggunakan Trans Bandar Lampung.” Hal tersebut tercetus dari seorang ibu yang sedang melakukan perjalanan menuju wilayah Bambu Kuning di Kota Bandar Lampung di dalam Bus Trans Bandar Lampung Koridor Sukaraja-Rajabasa. Armada Bus yang didominasi warna hijau dengan tempat duduknya yang saling berhadapan, sama seperti kondisi Bus Rapid Transit (BRT) di kota lain.

Bus Karoseri yang masih baru dan terawat dilengkapi dengan pendingin udara (air conditioning) bermerek Thermoking, adalah gambaran betapa nyamannya kondisi Bus Trans Bandar Lampung yang telah hampir satu tahun ini melayani kebutuhan jasa transportasi darat perkotaan masyarakat Kota Bandar Lampung.

Sebelum Trans Bandar Lampung ini hadir, jasa transportasi perkotaan masyarakat kota Bandar Lampung jauh dari rasa nyaman. Masyarakat hanya menggunakan Bus Damri dan angkutan perkotaan (angkot) sebagai sarana transportasinya. Ketidaknyamanan semakin lengkap dengan kondisi lalu lintas perkotaan kota Bandar Lampung, yang semakin hari semakin macet. Berdasarkan kondisi tersebut, Pemerintah Kota Bandar Lampung merasa perlu untuk mencari terobosan baru dalam menata jasa transportasi darat perkotaan dan mulai diwujudkan sejak akhir tahun 2011 dengan menghadirkan Trans Bandar Lampung sebagai salah satu sarana transportasi pilihan yang menjanjikan kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat Kota Bandar Lampung.

Konsep BRT Pertama Tanpa Subsidi Pemerintah
Sejak diperkenalkan secara resmi kepada masyarakat Kota Bandar Lampung oleh Walikota Bandar Lampung Drs. H. Herman HN, MM, pada 26 September 2011, Trans Bandar Lampung merupakan angkutan perkotaan pertama dengan konsep BRT di Kota Bandar Lampung. Di awal pengoperasiannya, Trans Bandar Lampung diujicobakan selama 4 hari pada 14-17 November 2011 dan secara resmi beroperasi pada 19 Desember 2011.Walikota Bandar Lampung, Herman HN

Pengoperasian Trans Bandar Lampung dilakukan oleh PT. Trans Bandar Lampung, yang merupakan konsorsium, gabungan dari 37 perusahaan angkutan di kota Bandar Lampung. Konsorsium PT. Trans Bandar Lampung (TBL) tersebut dipimpin oleh Tony Eka Chandra sebagai Komisaris Utama dan I Gede Jelantik sebagai Direktur Utama. Menurut Tony, sejarah pembentukan Trans Bandar Lampung diawali oleh pertemuan antara Walikota Bandar Lampung, Drs. H. Herman HN, MM, dengan para pengusaha angkutan umum di Kota Bandar Lampung atas undangan dan inisiatif walikota. Pertemuan tersebut digagas dengan tujuan menggugah pengusaha angkutan di Kota Bandar Lampung untuk turut berperan aktif membantu pembangunan kota Bandar Lampung dalam bidang angkutan umum.

Selain pembentukan Trans Bandar Lampung, hasil perteWalikota Bandar Lampung, Herman HNmuan tersebut berlanjut dengan dibuatnya kesepakatan bersama dalam bentuk Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan PT. Trans Bandar Lampung untuk pengoperasian Trans Bandar Lampung pada Desember 2011. Dalam MoU tersebut diatur kewajiban dan hak dari Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagai regulator maupun PT. Trans Bandar Lampung sebagai operator. “BRT Trans Bandar Lampung ini dioperasikan oleh swasta mutlak,” ucap Walikota Herman HN. “Ini merupakan yang pertama di Indonesia,” tambahnya.

Walaupun sempat ada resistensi dari supir angkutan kota (angkot) di Kota Bandar Lampung. Hal tersebut adalah sesuatu yang wajar, dan biasa dihadapi oleh Bus Rapid Transit (BRT) di kota lain. Dalam perjalanannya kemudian dapat diredam. Angkot masih diperkenankan beroperasi di trayeknya. “Salah satu strategi jangka panjang Pemerintah Kota, melalui Dinas Perhubungan untuk pengembangan BRT Trans Bandar Lampung kedepannya, adalah masa izin operasi trayek angkot tersebut tidak akan diperpanjang setelah habis masa berlakunya,” papar Herman HN. “Sehingga nantinya yang beroperasi di dalam kota adalah Trans Bandar Lampung, dan angkot-angkot tersebut akan difungsikan dengan sebagai pengumpan (feeder) Trans Bandar Lampung,” tambah Iskandar Zulkaranaen, Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung.

Sepak Terjang Trans Bandar Lampung
Berawal dari armada yang hanya sejumlah 40 unit bus (murni dibeli konsorsium) dan melayani dua koridor, yaitu: trayek Rajabasa–Sukaraja dan trayek KORPRI–Sukaraja, Trans Bandar Lampung hingga saat ini, telah memiliki armada sebanyak 250 unit bus dan melayani tujuh koridor di seputar kota Bandar Lampung, meliputi :
Koridor 1 : Rajabasa – Sukaraja
Koridor 2 : Korpri – Sukaraja
Koridor 3 : Kemiling – Sukaraja
Koridor 4 : Ir. Sutami – Tanjung Karang
Koridor 5 : Panjang – Citra Garden
Koridor 6 : Rajabasa – Citra Garden
Koridor 7 : Rajabasa – Panjang

Saat ini PT. Trans Bandar Lampung, operator Trans Bandar Lampung, berkantor di salah satu bangunan rumah toko (ruko) terdiri dari bangunan tiga lantai yang berlokasi di depan gerbang masuk Terminal Rajabasa. Walaupun masih sederhana dan berstatus masih menyewa, suasana kantor tersebut pada pagi hari cukup menggambarkan suasana kerja yang mencerminkan semangat kerja tinggi dari para karyawannya. Padahal ketika tim redaksi berkunjung, masih terhitung sangat pagi sekitar pukul 07.00 WIB. Tentu ini adalah modal bagus bagi PT. Trans Bandar Lampung untuk eksis ke depan. Kondisi kondusif itu diamini Heru, salah seorang pegawai PT. Trans Bandar Lampung pada bagian supervisi ticketing yang mengungkapkan kenyamanannya selama bekerja di PT. Trans Bandar Lampung. “Fasilitas yang didapat selama bekerja di Trans Bandar Lampung jelas lebih baik dari tempat saya bekerja sebelumnya,” ujar Heru.

Respon Masyarakat
Gayung bersambut, cerminan kata yang tepat untuk menggambarkan semangat PT.Trans Bandar Lampung untuk menyediakan jasa transportasi perkotaan yang nyaman bagi masyarakat kota Bandar Lampung dengan respon masyarakat terhadap pengoperasian Trans Bandar Lampung saat ini. Setelah hampir 1 tahun berjalan, Trans Bandar Lampung ternyata mendapatkan respon dan antusiasme masyarakat Kota Bandar Lampung cukup baik. Pengamatan tim redaksi www.dephub.go.id di lapangan, cukup banyak masyarakat Kota Bandar Lampung yang menggunakan Trans Bandar Lampung.

Salah seorang warga Kota Bandar Lampung, Ibu Ratna mengatakan sangat terbantu dengan hadirnya Trans Bandar Lampung. Ratna adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus penjahit pakaian yang ditemui tim redaksi dalam Bus Trans Bandar Lampung selama perjalanan dari Sukaraja menuju Rajabasa. Ia mengungkapkan kenyamanannya selama menggunakan Bus Trans Bandar Lampung sebagai moda transportasi pilihannya. “Bagi saya selama nyaman dan harga tiketnya masih terjangkau, saya akan tetap naik bus ini”, ujarnya. “Saya mau menuju ke Bambu Kuning untuk berbelanja kebutuhan menjahit pakaian. Dengan naik bus Trans Bandar Lampung ini saya merasa nyaman karena sudah dilengkapi dengan AC”, tambahnya.

Senada dengan Ibu Ratna, penumpang Trans Bandar Lampung lain yang dijumpai tim redaksi, Pak Agus, seorang supir perusahaan rental di Mampang Jakarta, yang sedang dalam perjalanan pulang kampung menuju ke Pringsewu di dalam Bus Trans Bandar Lampung trayek Sukaraja-Kemiling mengungkapkan kenyamanannya menggunakan Trans Bandar Lampung. “Bus ini cukup nyaman karena ada AC-nya, “ ujarnya. “Yang harus ditambah mungkin bus penghubung (feeder-red.) menuju Trans Bandar Lampung-nya yang harus dikembangkan,” tambahnya. Selain itu ia pun memberikan masukan, agar pada titik poin awal koridor dilengkapi dengan fasilitas parkir (park and ride – red.) untuk kendaraan bermotor sehingga masyarakat tidak memakai kendaraan pribadinya masuk ke Kota Bandar Lampung dan menggunakan angkutan umum (Trans Bandar Lampung). Dan ketika usulan ini disampaikan pada pihak Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, Iskandar Zulkarnaen menyambut positif, serta mengatakan akan mengkaji lebih jauh titik-titik poin awal di koridor mana saja yang memungkinkan untuk dibangun fasilitas parkir (park and ride).

Operasionalisasi Trans Bandar Lampung saat ini
Antusiasme masyarakat Kota Lampung ini tentu merupakan modal awal yang sangat berharga bagi kelangsungan sistem BRT Trans Bandar Lampung. Tentu merupakan hal yang sangat wajar ketika dalam awal perjalanan pengoperasiannya, Trans Bandar Lampung masih terdapat kekurangan disana-sini. Diantaranya seperti yang dijumpai tim redaksi di lapangan, halte yang ada masih sangat banyak yang belum terbangun sempurna sehingga masyarakat pengguna menjadi “korban” dalam hal ini. “Respon masyarakat luar biasa, walaupun masih ada kendala dalam perjalanannya, seperti halte yang belum terbangun sempurna, ketika hujan mereka berhujan-hujanan dan ketika panas mereka berpanas-panasan menunggu bus datang,” ujar Tony Eka Candra, Komisaris Utama Trans Bandar Lampung.

“Pengorbanan” dan kesabaran masyarakat ini tentu harus segera dibayar oleh pemerintah dengan perbaikan segera disana-sini aspek sarana dan prasarana dari Trans Bandar Lampung. Di sisi lain, Herman HN, Walikota Bandara Lampung, yang mewakili Pemerintah Kota Bandar Lampung sangat mengharapkan peran serta bantuan pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan untuk membangun halte yang layak ini kedepannya. Hal tersebut langsung diamini Tony, “Kasihan masyarakat bila halte tidak segera dibenahi,” lengkapnya.

Kekurangan lain yang masih dijumpai tim redaksi adalah Bus Trans Bandar Lampung masih menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat selain di haltenya. Hal ini tentu berbeda dengan sistem dan konsep pengoperasian BRT di kota lain, dimana BRT hanya berhenti menaikkan dan menurunkan penumpang hanya di halte yang telah ditetapkan. “Kondisi ini masih terjadi karena target kami untuk awal pengoperasian Trans Bandar Lampung ini adalah untuk menarik minat dan simpati masyarakat Bandar Lampung terlebih dahulu, agar mereka mau beralih menggunakan Trans Bandar Lampung,” jelas Tony. “Setelah semua sarana pendukung seperti halte telah terbangun sempurna, dan minat serta antusiasme masyarakat telah diraih, kedepannya pola pengoperasian Trans Bandar Lampung akan sama dengan BRT lain, yaitu hanya menaikkan dan menurunkan penumpang di haltenya,” tambah Tony.

Sistem ticketing pun masih harus diperbaiki. Selama ini, sistem ticketing masih manual, membayar karcis tiket secara langsung kepada petugas di dalam bus. Hal ini tentu rawan kebocoran dan beresiko tinggi pada aspek akuntabilitasnya. Selain itu, monitoring (pengawasan) bus di lapangan pun dikendalikan dan diawasi masih secara konvensional, yaitu melalui komunikasi Handy Talky (HT) antar petugas lapangan dan kendali pusat di kantor PT. Trans Bandar Lampung.

Berbagai kekurangan tersebut tentu adalah hal yang wajar dalam masa 1 tahun beroperasi, apalagi Trans Bandar Lampung berkonsep pada awalnya BRT tanpa bantuan pemerintah (swasta murni).

Eksistensi Trans Bandar Lampung di masa yang akan datang
Dalam perjalanannya, Trans Bandar Lampung dengan konsep non subsidi pemerintah ini, tentu memerlukan kerja keras dari PT. Trans Bandar Lampung selaku operator dan Pemerintah Kota Bandar Lampung, melalui Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung sebagai regulator. Tony Eka Chandra mengatakan bahwa demi menjaga kontinuitas PT. Trans Bandar Lampung (TBL) ke depannya, PT. TBL memerlukan bantuan subsidi dana operasional. “Kondisi ini telah disampaikan kepada DPRD Kota Bandar Lampung, telah terbit pula surat rekomendasi dari DPRD Kota kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung, untuk mengalokasikan anggaran dalam APBD Kota Bandar Lampung mendatang,” tambah Tony.

Ketua DPRD Kota Bandar Lampung, Budiman, yang ditemui tim redaksi menyatakan bahwa tingginya respon dan harapan masyarakat Kota Bandar Lampung ini tentu harus dijaga kesinambungannya. “Apa artinya mempertahankan tagline “non subsidi pemerintah” bagi Trans Bandar Lampung apabila harus terhenti di tengah jalan karena tidak adanya dana pendukung keberlangsungan Trans Bandar Lampung ke depan”, tegas Budiman. Sangat disayangkan semangat para pengusaha angkutan umum di Kota Bandar Lampung untuk perbaikan transportasi perkotaan di kota Bandar Lampung ini apabila terhenti di tengah jalan. Menurut Budiman, DPRD Kota Bandar Lampung, setelah menyerap aspirasi yang berkembang, telah mengeluarkan surat rekomendasi kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk ke depannya, demi menjaga keberlangsungan Trans Bandar Lampung dalam melayani masyarakat, meminta Pemerintah Kota untuk menganggarkan dana bagi pengembangan Trans Bandar Lampung.

Sementara itu, Ilham Malik, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Wilayah Bandar Lampung, yang juga merupakan tenaga ahli walikota Bandar Lampung di bidang transportasi, mengatakan bahwa Pemerintah Kota Bandar Lampung memilih konsep swastanisasi pengembangan BRT mengingat keterbatasan anggaran Pemkot yang tertuang dalam APBD Kota Bandar Lampung. “Sejauh ini, dana Pemkot Bandar Lampung dialokasikan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat secara langsung, misalnya untuk sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur (terutama jalan),” papar Ilham. “Kondisi tersebut membuat Pemkot menyadari bahwa sekecil apapun dana subsidi (untuk Trans Bandar Lampung-red.), akan mempengaruhi keberlangsungan ketiga program tersebut,” tambah Ilham.

Konsep BRT Trans Bandar Lampung sebagai BRT pertama di Indonesia yang beroperasi tanpa subsidi pemerintah memang merupakan hal baru di Indonesia. Hal ini tentu patut diacungi jempol. Keinginan dan semangat yang kuat dari Pemerintah Kota Bandar Lampung dan stakeholder transportasi di Kota Bandar Lampung untuk menciptakan sarana transportasi perkotaan yang nyaman, aman dan berbudaya merupakan modal awal yang penting dalam kemunculan Trans Bandar Lampung demi melayani kebutuhan jasa transporasi masyarakat Bandar Lampung. Respon dan animo yang tinggi dari masyarakat pun merupakan aset berharga yang harus dijaga dan ditingkatkan kontinuitasnya. Jangan sampai animo masyarakat atas kehadiran moda transportasi yang dinilai nyaman, aman dan berbudaya, menguap begitu saja karena diskontinuitas operasional BRT Trans Bandar Lampung.

Dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun, BRT Trans Bandar Lampung telah melayani 7 koridor di Kota Bandar Lampung dengan jumlah armada bus yang dimiliki sebanyak 250 bus, serta dijalankan oleh sebuah konsorsium yang merupakan gabungan pengusaha angkutan umum di kota Bandar Lampung, hal tersebut merupakan sebuah prestasi yang tidak bisa dianggap remeh. Kondisi ini merupakan aset berharga bagi kelangsungan BRT Trans Bandar Lampung. Dengan berbagai modal yang telah ada tersebutlah, saat ini merupakan masa dan fase bagi pelaku transportasi di kota Bandar Lampung untuk bekerja keras mempertahankan keberlangsungan operasional Trans Bandar Lampung.

Perlu forum dan media bersama bagi para pelaku transportasi di Kota Bandar Lampung untuk duduk bersama merumuskan konsep Trans Bandar Lampung demi menjaga kelangsungan operasional BRT Trans Bandar Lampung ke depannya. Perlu kepala dingin dan semangat kebersamaan dalam melayani masyarakat dalam merumuskan solusinya. Bagaimana pun keberanian Pemerintah Kota Bandar Lampung dan stakeholder terkait menginisiasi BRT Trans Bandar Lampung telah merupakan langkah nyata yang dibutuhkan masyarakat. Sangat disayangkan apabila kerjasama yang telah terjalin sangat baik tersebut terputus begitu saja di tengah jalan. Asa dan harapan masyarakat yang telah muncul dengan kehadiran Trans Bandar Lampung adalah aspek terpenting yang harus dijaga. Kesadaran dan minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum harus terus dipelihara. Perbaikan sarana dan prasarana serta konsep operasional BRT Trans Bandar Lampung menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar. Adalah kewajiban pemerintah pusat pula untuk memperhatikan dan memperbaiki kekurangan yang ada serta menjaga keberlangsungan BRT Trans Bandar Lampung yang merupakan inisitif murni daerah. Pasal 138 ayat 2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah mengamanatkan bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan angkutan umum.

Angkutan Umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau. Bukan merupakan aib apabila dalam perjalanannya, Trans Bandar Lampung mendapatkan bantuan operasional. Pasal 139 ayat 3 telah mewajibkan Pemerintah Daerah kabupaten/kota untuk menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang dalam wilayah kabupaten/kota. Jangan sampai asa masyarakat Kota Bandar Lampung atas kehadiran sarana dan prasarana angkutan umum yang aman, nyaman dan berbudaya lenyap begitu saja hanya karena kepentingan ego sepihak saja. Masyarakat Kota Bandar Lampung masih dan akan terus berharap. Jangan padamkan asa tersebut. (TIM)