JAKARTA – “Bak buah Simalakama” nasib Terminal Baranangsiang, Bogor Jawa Barat. Bila Terminal Tipe A itu ditutup arus penumpang akan membanjiri Stasiun KRL Bogor dan stasiun liar di jalan-jalan protokol di seputar Kota Bogor, tetapi bila tetap diizinkan beroperasi ada resiko penyebaran Corona Virus 2019 (Covid-19)

Pilihan itu muncul pasca dilakukan swab test massal untuk Covid-19 di Terminal Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) Kota Bogor, Senin pekan silam (10/7), yang dikuti 114 orang meliputi sopir, kondektur maupun petugas Terminal Baranangsiang. Hasilnya kawasan tersebut dinyatakan red zona.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengungkapkan hasil swab test massal tersebut diketahui 7 tujuh orang terkonfirmasi positif Covid-19. Yakni tiga orang warga Kota Bogor serta empat orang lainnya dari luar Kota Bogor -- dari Kabupaten Bogor dan Jakarta.

“Dari tujuh orang yang terkonfirmasi positif covid 19, ada karyawan perusahaan bus, petugas di terminal, dan penumpang,” jelas Retno, pekan lalu.

Terhadap tiga orang warga Kota Bogor yang positif, kata Retno, telah ditindaklanjuti dengan melakukan penelusuran siapa saja yang melakukan kontak langsung dengan tiga orang tersebut selama 14 hari terakhir.

Lantas, bagaimana dengan nasib kawasan Terminal Baranangsiang setelah ditetapkan sebagai zona merah?

Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) memutuskan untuk tetap mengoperasikan Terminal Baranangsiang dengan konsekuensi harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin.

Tetap Beroperasi

Kepala BPTJ Polana B. Pramesti menjamin layanan operasional terminal tetap berjalan lancar dan pihaknya akan menyiapkan petugas pengganti sementara agar pelayanan terhadap masyarakat yang akan berpergian menggunakan bus AKAP tetap berjalan lancar seperti biasanya.

“Kami menunjuk pelaksana harian Koordinator Satuan Pelayanan Terminal dan menyiapkan petugas pengganti yang berasal dari terminal lain di bawah BPTJ," jelas Polana, Selasa (14/7) pekan silam.

Sementara ini, dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Terminal Baranangsiang, BPTJ juga akan melakukan pemeriksaan yang ketat dan mengisolasi seluruh petugas Terminal Baranangsiang.

Demikian pula pihaknya melakukan pemeriksaan kesehatan kepada seluruh pegawai di kantor pusat BPTJ. Hal ini dilakukan mengingat sempat terjadi interaksi antara pegawai yang ada di terminal Baranangsiang dengan pegawai yang ada di kantor pusat BPTJ.

Kondisi ini, menurut Polana menunjukkan bahwa potensi penyebaran Covid-19 dapat terjadi di mana saja dan kepada siapa saja, termasuk pada layanan transportasi publik. Di sisi lain, Polana menyampaikan bahwa selama ini Terminal Baranangsiang telah konsisten menerapkan protokol kesehatan.

“Pengecekan suhu, kewajiban memakai masker, penyediaan fasilitas cuci tangan hingga ketentuan jaga jarak terus dilakukan di lingkungan Terminal Baranangsiang begitu juga penyemprotan disinfektan berkala,” kata Polana.

Dengan adanya temuan ini, BPTJ bersama seluruh stakeholder di Terminal Baranangsiang akan berupaya untuk lebih memperketat pelaksanaan protokol kesehatan.

Kendati demikian, Polana juga mengingatkan bahwa temuan kasus ini tidak boleh dianggap remeh. Hal ini juga menunjukkan bahwa potensi penyebaran Covid-19 pada layanan transportasi publik masih tinggi sehingga dibutuhkan kedisiplinan dan dukungan seluruh pihak.

Kesadaran Tinggi

Tanpa kesadaran pentingnya sikap yang sama mematuhi protokol kesehatan dari para pihak yang beraktivitas di Terminal Baranangsiang, sangat sulit mengikuti ajakan Polana untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19 di fasilitas umum yang terbuka.

Sepertinya sederhana tahapan-tahapan dari protokol kesehatan yang harus dilakukan masyarakat pengguna Bus AKAP di Terminal Baranangsiang. Karena sulitnya menerapkan SOP bagi semua pihak yang beraktivitas di fasilitas umum yang sangat terbuka tersebut – secara lengkap.

Selaku pimpinan Koordinator Satuan Pelayanan Terminal Baranangsiang, Asep SE, memilih tidak mau memberi komentar tentang situasi terakhir Terminal Baranangsiang. Ia memperkenankan tim reportase media melihat sendiri kondisi di Terminal Baranangsiang, serta mengamati lalu lalang – kesibukan keluar masuk bus AKAP di terminal tersebut.

Ahmad Nasulah (43 tahun), sopir bus Agra tujuan Bogor - Tanjung Priok, mengaku para penumpangnya umumnya sudah tahu standar protokol kesehatan yang telah ditetapkan dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, seperti harus mengenakan masker, jaga jarak di dalam bus, sering membersihkan tangan dengan tisu atau cairan sanitizer. Namun ia mengaku tidak semua calon penumpang diperiksa suhu tubuhnya.

Terminal ini terbuka, lanjut si sopir bus Agra itu, bisa masuk dari mana saja dari pintu keluar bus dan bisa juga dari pintu masuk terminal, bahkan dari belakang juga bisa. Jadi tidak semua penumpang masuk dari satu pintu dan keluar dari satu pintu.

Memang jadi sangat tidak mungkin masyarakat yang akan bepergian menggunakan bus AKAP akan melalui prosedur standar yang sama. Seperti salah satunya, terpasang bilik sterilisasi (2,5x2,5m) milik BPTJ tapi orang lalu lalang tidak melewati bilik tersebut.

Seperti juga pengakuan wanita baya yang akrab dipanggil Bu Ratu (58 tahun), selaku agen penjual tiket bus AKAP jurusan Jawa Sumatera dan Bali untuk sejumlah bendera PO bus. Menurutnya, para calon penumpang bus jarah jauh AKAP yang melewati bilik desinfektan memang sangat sedikit.

Kesadaran Bersama

Sementara di pintu keluar terminal berdiri dua pengawas – berseragam sekuriti BPTJ tertera di dada nama Bon Bon, pria berbadan tegap itu menjelaskan untuk orang-orang yang beraktivitas di Terminal Baranangsiang sebenarnya sudah disiapkan SOP-nya agar tidak terpapar Covid-19.

Ada bilik sanitasi – untuk sterilisasi penumpang keluar masuk terminal, ada sejumlah tempat mencuci tangan – dengan sabun ada di sejumlah tempat (8 buah wastafel), ada alat deteksi suhu tubuh, dan ada aturan jaga jarak (physical distancing).

“Tidak bisa hanya petugas BPTJ yang memaksa/mengawasi para penumpang untuk mematuhi protokol kesehatan, semua orang yang beraktivitas di terminal harus bekerjasama menjaga jangan sampai menyebarkan Virus Corona,” dalihnya.

Tanpa kesadaran itu sulit membuat steril ruang terbuka seperti Terminal Baranangsiang. Karena itu pimpinan dari Tim Koordinator Satuan Pelayanan Terminal BPTJ Asep SE memilih untuk tidak berjanji apa yang dikerjakan bersama timnya akan menjamin para pengguna bus AKAP tidak akan terpapar Covid-19.

Pasalnya, potensi penyebaran Covid-19, terlebih pada peak session dan hari-hari libur tertentu pada layanan transportasi publik masih sangat tinggi sehingga dibutuhkan kedisiplinan dan dukungan seluruh pihak. Karena masih ada peluang terpapar Covid-19 oleh penabur misterius atau yang dijuluki orang tanpa gejala (OTG). (IS/AS/HG/CH)