(Jakarta, 2/3/2012) Upaya menumbuhkan minat putra-putri Indonesia sekolah di bidang ilmu transportasi darat, laut dan udara terus berlangsung dengan berbagai cara. Salah satu caranya, dengan mendukung pembuatan film bertemakan remaja yang bercita-cita jadi  penerbang (pilot) dan pelaut dengan judul  Sampai Ujung Dunia.

Film yang ditergetkan untuk remaja  ini akan siap putar  di bioskop di seluruh Indonesia serentak pada 8 Maret 2012. Film ini didukung Kementerian Perhubungan, Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP),  Garuda Indonesia, PT Pelabuhan Indonesia II, PT Angkasa Pura II, Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, trax fm, Hard Rock,  I radio dan Movie Monthly.

Pemutaran awal tahun ini sekaligus sebagai ajang sosialisasi yang dilakukan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP), Kementerian Perhubungan menjelang penerimaan taruna-taruni di balai-balai pendidikan transportasi laut, darat dan udara. Dan untuk lebih mendekatkan pada sekolah transportasi, maka  lokasi pendidikan dalam film itu  di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta dan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, Banten.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Capt. Bobby R. Mamahit menyatakan, Kemenhub melalui BPSDMP sebagai penyelenggara pendidikan bidang transportasi, juga terus melakukan upaya untuk menumbuhkan minat putra putri Indonesia untuk masuk sekolah bidang transportasi. Tujuan  agar lebih banyak lagi peserta yang mendaftar di sekolah transportasi, sehingga   calon taruna-taruni yang  tersaring masuk sekolah transportasi benar-benar berkualitas.

“Semakin banyak yang mendaftar akan semakin banyak pula kemungkinan menyaring calon-calon taruna-taruni yang berkualitas,” ungkap Capt. Bobby R. Mamahit, di Jakarta (1/3).

Dikatakan juga, kegiatan pendidikan transportasi yang selama ini berlangsung dilakukan dengan sistem asrama, menerapkan kedisiplinan  untuk menciptakan sumber daya manusia  yang berkompeten dan bermoral baik. Untuk itu perlu terus disosialisasikan sistem dan arah pendidikan seperti itu, agar masyarakat memahami, sehingga mendorong putra-putrinya masuk sekolah transportasi.

“Selain itu juga penting diketahui, selama ini pemerintah terus meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana serta standar pendidikan sebagaimana yang ditetapkan oleh International Maritim Organization (IMO) organisasi dunia dibawah naungan PBB yang menjadi acuan pendidikan kepelautan maupun yang terkait dengan dunia kemaritiman di seluruh dunia,”  papar Capt. Bobby R. Mamahit.

Agar film ini bisa ditonton oleh banyak pihak, BPSDM pun melakukan kegiatan  tur promo  ke berbagai daerah, bahkan mengikuti pameran internasional pendidikan tinggi dan pelatihan terbesar dan terlengkap di Indonesia pada Education & Training Expo 2012 yang ke 21, di Jakarta pada pertengahan Peberuari lalu.

Menurut Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Laut, BPSDMP, Capt. Indra Priyatna,  film ini bukan sekadar promosi diklat kepelautan dan penerbangan, namun merupakan perwujudan kewajiban pemerintah Republik Indonesia sebagai negara peratifikasi Konvensi Internasional The Standards of Training, Certification and Watchkeeping for seaferers (STCW) 1978 as amended sebagaimana terakhir diamandemen dengan The 2010 Manila Amandement to the STCW Convention yang mulai berlaku 1 Januari 2012.

Apalagi saat ini Indonesia, kata Indra merupakan  negara yang besar sekali menyuplai pelaut  di dunia, sekaligus sebagai anggota Dewan IMO kategori C.

“Sebagai konsekuensi atas meratifikasi konvensi itu, Indonesia harus aktif memberi kontribusi kepada industri maritim internasional termasuk menerapkan semua instrument internasional yang sudah diratifikasinya,” ungkapnya.

Salah satu konvensi internasional yang sudah diratifikasi Indonesia adalah STCW 1978 yang diamandemen menjadi STCW Manila. Dalam konvensi itu tersebut ada 19 resolusi, dimana dua diantaranya sejalan dengan pembuatan film, Sampai Ujung Dunia.

Dalam resolusi 18 disebutkan pada tahun 2010 ditetapkan sebagai  Year of Seaferers dan IMO mencanangkan Go To Sea Campaign. Disini semua negara peratifikasi konvensi diminta untuk melakukan kampanye agar generasi mudanya mau bekerja di laut sebagai pelaut, karena dunia (bahkan Indonesia) kekurangan perwira pelaut niaga.

Pada resolusi 19 ditetapkan bahwa pada tanggal 25 Juni sebagai Day Of The Seaferer (Hari Pelaut Dunia). Disini semua negara, organisasi terkait pelayaran, perusahaan angkutan laut, pemilik kapal dan semua stake holder harus mempromosikan dan memperingati hari pelaut dunia secara bermakna.

Dengan demikian aktifitas terkait dengan film ini dapat menjadi bahan laporan delegasi RI pada sidang STCW Sub-commite dan siding Maritime Safety Committee periode Juni 2012 di kantor pusat IMO London.

Film yang diproduksi Nasi Putih Production  ini mengisahkan tentang tiga orang remaja Gilang, Daud dan Anissa yang bersahabat baik sejak kecil. Gilang dan Daud menjadi sosok “kakak” pelindung bagi Anissa . Satu cita-cita Anissa yang dijanjikan kedua “kakak” nya  berkeliling dunia.  Waktu berlalu dan mereka beranjak remaja. Kedua remaja yang yang menjadi kaka bagi Anissa itu masuk ke sekolah penerbang dan pelaut.
Daud dan Gilang pun mulai menyadari bahwa perasaan sayang mereka kepada Anissa telah berubah menjadi cinta yang mendalam. Keduannya menyatakan cinta pada sang gadis di saat yang hampir bersamaan. Anissa pun bingung, dia sama-sama mencintai kedua sahabat dan tidak mau pertemanan mereka retak. Anissa pun mempunyai ide untuk “menyelamatkan” persahabatan itu. Annisa mengajukan syarat, barang siapa yang pertama kali ,mengajak berkeliling dunia, ia akan diterima sebagai kekasihnya. Siapa yang pertama kali mengajak keliling dunia atau bisakah salah satunya mengajak Anissa keliling dunia ?(AB)