(Bandung, 3/07/09) Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) membuka kerjasama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI) untuk mengoptimalisasikan penggunaan dan perawatan pesawat terbang dan helikopter, pendidikan dan pelayanan, serta jasa lainnya guna memenuhi kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi nasional. Penandatanganan nota kerja sama kedua belah yang dilakukan di kantor PT DI, Bandung, Jawa Barat, itu melibatkan Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal.


Kepala BP Migas R. Priyono, menjelaskan, pelibatan PT DI itu untuk mendukung program pemerintah agar setiap perusahaan memakai produk dalam negeri. ”Sekaligus untuk memperkecil ketergantungan Indonesia terhadap produk luar sehingga bisa meningkatkan devisa negara,” ujarnya. Selama ini, lanjut Priyono, perawatan pesawat masih sering dilakukan perusahaan asing dan memakai komponen dari luar negeri.


Dijelaskan, sebanyak 217 perusahaan minyak yang 60 diantaranya telah beroperasi, memakai 37 pesawat dan helikopter untuk kegiatan eksplorasi di daerah terpencil kawasan timur Indonesia. Alat transportasi udara itu dipakai guna mengangkut pekerja antar lokasi, kargo, peralatan berat, tim kesehatan, serta pemantauan keamanan wilayah pengeboran. “Sebagian besar lokasi kerja perusahaan itu berada di wilayah remote area Indonesia timur,” katanya.


Selama 2008, kegiatan penerbangan untuk operasional hulu minyak dan gas sedikitnya menghabiskan 20 ribu jam. Total penumpang yang diangkut mencapai 30.237 orang. “Mayoritas memakai helikopter,” katanya.


Selain merawat, PT DI akan diminta untuk memberi pelatihan kepada para teknisi pesawat dan helikopter serta penyediaan komponen suku cadang. ”Keinginan kami bekerja sama dengan PT DI didasari oleh kepercayaan terhadap produksi nasional yang sudah setara dengan produksi luar negeri,” pungkasnya.


Sementara itu Direktur Utama PT DI Budi Santoso menyatakan pabriknya siap membuat pesawat dan helikopter untuk mendukung kebutuhan operasional BP Migas. Menurutnya, kerja sama itu juga menjadi momentum bagi perusahaannya untuk menunjukkan dan mengenalkan PT DI kepada sekiar 150 anggota Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Migas yang sebagian besar adalah perusahaan asing. Selain itu, sekaligus pula membuktikan bahwa produk PT DI layak dilibatkan dalam industri migas di Indonesia.


”Kami sebagai industri dirgantara nasional yang memproduksi pesawat terbang dan helikopter, serta memiliki kemampuan dan fasilitas yang memadai, tentunya perlu mendapatkan prioritas pertama dalam memenuhi kebutuhan transportasi udara di lingkup kegiatan usaha hulu migas,” papar Budi.


Sementara itu, Menhub Jusman Syafii Djamal menyambut baik kerja sama yang dilakukan kedua pihak. Menhub mengatakan, pemberdayaan kerja sama industri strategis nasional merupakan salah satu yang diamanatkan Presiden Susilo Bambang Yuhdoyono untuk menghadapi krisis.


”Presiden mengatakan, saat menghadapi krisis, kita sebaiknya bergabung dan membangun upaya untuk bersinergi dengan melakukan kerja sama,” kata Menhub.


Menhub yang pernah sempat menjadi pemimpin pada satu-satunya perusahaan pembuat pesawat terbang di Indonesia itu meyakini, PT DI akan mampu menjawab peluang yang diberikan BP Migas tersebut. ”PT DI banyak menyimpan kekayaan. Di tempat ini, anak bangsa menguasai, mengadopsi dan mengembangkan teknologi yang menjadi kebanggan. Jadi, menurut saya, BP Migas tidak keliru memilih PT DI untuk bekerja sama,” ungkapnya. (DIP)