(Jakarta, 16/12/201) Untuk memberikan rasa aman dan nyaman pengguna jasa penerbangan, pilot harus sering berlatih di simulator. Ketersediaan sebuah simulator pesawat udara diharapkan dapat mendukung operasional penerbangan sebuah maskapai, terutama untuk melaksanakan pengembangan kualitas SDM.

Flight simulator akan membantu kebutuhan pilot sesuai rencana dengan peralatan training yang terbaik dengan metode pelatihan yang mengedepankan aspek keamanan dan keselamatan penerbangan sebagai prioritas dalam pengoperasian pesawat udara.

Demikian dikatakan Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono pada acara peresmian penggunaan dua flight simulator generasi paling mutakhir pesawat Airbus A 330-200 dan Boeing 737-800 NG milik PT Garuda Indonesia, di Garuda Indonesia Training Center (GITC), Duri Kosambi, Jakarta, Jumat (16/12).

Peningkatan pasar industri penerbangan kian berkembang pesat dengan angka kenaikan rata-rata angkutan penumpang dalam negeri dari tahun 2006-2010 mencapai 12,8 persen dan angkutan penumpang luar negeri mencapai 15,70 persen.

‘’Dalam kondisi ini diharapkan seluruh maskapai penerbangan di Indonesia dapat mengantisipasi pertumbuhan penumpang domestik maupun internasional dan dapat menyikapi sebagai tantangan positif yang harus diiringi dengan peningkatan pelayanan oleh penyedia jas apenerbangan,’’ kata Wamenhub.

Hadirnya pesawat-pesawat baru, lanjut Bambang diharapkan dapat memberikan andil yang signifikan terhadap kebutuhan armada dan ketersediaan pesawat udara yang beroperasi di mana saat ini mencapai 907 armada. Dan pengembangan armada juga diharapkan akan menimbulkan peningkatan terhadap kebutuhan pilot.

Indonesia saat ini masih mengalami kekurangan tenaga pilot. Sejumlah sekolah pilot milik pemerintah maupun swasta yang ada, belum mampu memenuhi permintaan kebutuhan pilot yang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Meningkatnya kebutuhan pilot ini sejalan dengan pengembangan maskapai penerbangan nasional yang secara terus menerus mengembangkan armadanya. Garuda Indonesia misalnya membeli 24 pesawat yang terdiri dari B 737-800 NG dan A 330-200.

‘’Sebagai konsekuensi dari pengembangan armada otomatis akan menimbulkan peningkatan terhadap kebutuhan pilot khususnya untuk pengembangan jaringan dan peningkatan pelayanan,’’ jelasnya. 
   
Dirut PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Emirsyah Satar menjelaskan, untuk mengantisipasi peningkatan pasar di industri penerbangan yang cukup pesat, maka Garuda Indonesia telah mengimplementasi program “Quantum Leap 2015” dimana Garuda Indonesia akan mengoperasikan sebanyak 154 pesawat pada tahun 2015 termasuk 25 A330-200 dan 80 B737-800NG.

Penggunaan kedua flight simulator generasi paling mutakhir (kelas D) tersebut akan semakin melengkapi fasilitas dan infrastruktur Garuda Indonesia Training Center dalam mendukung upaya Garuda Indonesia dalam mencetak pilot-pilot baru yang handal dalam melaksanakan operasional penerbangan.

‘’Selain itu, kedua flight simulators ini akan semakin meningkatkan kualitas safety perusahaan, menurunkan biaya pelatihan pilot hingga sekitar 50 persen” tambah Emir.

Kedua flight simulator tersebut dibeli dari CAE, perusahaan internasional yang berkedudukan di Montreal - Canada, yang bergerak dibidang pembuatan peralatan pelatihan penerbangan sipil maupun militer berbasis teknologi.

Kedua flight simulators tersebut merupakan jenis terbaru dari produk-produk CAE yang menggunakan System Electric Motion – menggantikan era Hydraulic Motion – sehingga efisiensi penggunaan listrik dapat ditekan hingga 40 persen.

‘’Dengan penggunaan flight simulators ini, Garuda Indonesia dapat secara leluasa melakukan simulator training tanpa harus tergantung dengan pihak luar dan hal tersebut dapat meningkatkan ketepatan waktu pelatihan pilot dengan lebih baik,’’ kata Emirsyah.

Sebelumnya, simulator training untuk pilot Airbus A330 series dilakukan di Kuala Lumpur, Hongkong, dan Bangkok, sementara untuk simulator training Boeing 737-800 NG dilakukan di Singapura, Hongkong, Seoul, dan Brisbane.  (PR)