JAKARTA – Pandemi Covid-19 telah membuat banyak kegiatan produksi dan distribusi berjalan melambat. Sektor transportasi, baik transportasi manusia dan barang yang melekat pada hampir semua kegiatan produksi dan distribusi, juga terikut imbasnya. Demikian juga dengan industri logistik. Industri logistik adalah salah satu yang terdampak oleh resesi ekonomi nasional dan juga resesi ekonomi global akibat pandemi virus Covid 19.

Saat ini wabah Covid-19 di Indonesia masih terus menanjak. Pemerintah terus berupaya mengendalikan wabah Covid-19 dengan memberlakukan strategi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan menerapkan protokol kesehatan di semua sektor, dengan tujuan agar roda perekonomian tetap bergulir. Akibat kebijakan PSPB yang ketat, sebagian kebijakan membatasi pergerakan manusia, kecuali angkutan barang. Namun beberapa hambatan seperti terputusnya rantai pasokan membuat kegiatan transportasi barang juga mengalami penurunan. Padahal kelancaran logistik di masa pandemi saat ini menjadi kunci.

Kementerian Perhubungan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Litbang) bersama Universitas Gajah Mada Yogyakarta mencari jalan keluar melalui sebuah kajian yang dipresentasikan melalui seminar daring akhir awal Oktober 2020 lalu untuk mengkaji terkait upaya kelancaran arus angkutan logistik di masa pandemi Covid-19.

Kepala Badan Litbang Kementerian Perhubungan, Umiyatun Hayati Triastuti mengungkapkan, di masa pandemi saat ini membutuhkan sinergi antar pelaku usaha agar angkutan logistik dapat bertahan hidup dan tumbuh baik di masa pandemi maupun pasca pandemi Covid-19. “Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama dan bersinergi,” cetusnya.

Menurut Umiyatun, ada tiga tahapan strategi yang dilakukan untuk menghadapi pandemi Covid-19 yang masih mewabah saat ini. Pertama menurut Umiyatun, strategi menyelamatkan kehidupan, strategi meningkatkan dan menjaga kesehatan, dan strategi menyelamatkan mata pencaharian. "Tahapan pertama yakni bertahan dan menekan wabah Covid-19, yang kuncinya terletak pada Indonesia sehat," tutur Umiyatun dalam webinar Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan bertajuk “Strategi Pemulihan Angkutan Logistik pada Masa Pandemi Covid-19” pada Kamis (1/10) lalu.

Adapun tahapan kedua, lanjut Umiyatun, adalah bertarung untuk pulih kembali yang kunci utamanya terletak pada Indonesia bekerja. Masyarakat harus tetap bekerja di masa PSBB dengan cara disiplin mengikuti protokol kesehatan.

“Jika masyarakat tetap bekerja, diharapkan kemampuan daya beli masyarakat menengah ke bawah bisa meningkat sehingga menggerakkan daya konsumsi masyarakat lebih besar lagi dan mengundang investasi,” tuturnya.

Tahapan ketiga, lanjut Umiyatun, adalah masa transformasi bertumbuh. Kuncinya Indonesia bertumbuh dan bertransformasi. Pada masa pasca pandemi diharapkan terjadi transformasi sosial ekonomi, baik dari investasi, teknologi digital, dan sumber daya manusia yang kian terampil.

Umiyatun menambahkan, masa pandemi ini sangat tidak stabil karena kegiatan ekonomi, kapasitas utilisasi, dan produktivitas belum pulih. Malah kemungkinan yang terjadi adalah defisit dan utang kian meningkat. Namun di saat bersamaan, Indonesia juga bertarung untuk mencapai tujuan di masa kemenangan dengan cara pro aktif dan mempersiapakan re-emerging, re-desgin reform dan mendorong leading sector.

Sebelumnya, Kapuslitbang Transportasi Antarmoda Dedy Cahyadi mengungkapkan, kebijakan pemulihan angkutan logistik di masa pandemi mendesak untuk dikaji. Diseminasi hasil kajian juga diharapkan bermanfaat bagi semua kalangan, termasuk pengusaha angkutan dan masyarakat.

Ajak UGM Kaji Upaya Kelancaran Angkutan Logistik

Anggota Tim Ahli Pustral UGM Bidang Logistik, Dr. Kuncoro Harto Widodo, S.T.P., M.Eng. dalam diskusi webinar tersebut mengungkapkan, kecepatan dan ketepatan menjadi dua hal terpenting dalam distribusi logistik di masa pandemi Covid-19.

Menurut Dr. Kuncoro, ketersediaan moda transportasi sistem logistik yang dapat diandalkan baik dari kapasitas angkut, keamanan, kecepatan, dan keselamatan adalah kunci. Oleh karenanya, lanjut Kuncoro, diperlukan kesiapan sistem logistik yang prima di masa pandemi Covid-19 ini. Dibutuhkan dukungan berbagai pihak dalam percepatan distribusi logistik.

Sementara itu, Peneliti Utama Pustral UGM, Dr. Ir. Arif Wismadi, M.Sc. menyebutkan bisnis logistik bisa dinyatakan kembali pulih apabila memiliki sistem dan kemampuan beroperasi di dalam wilayah yang sedang mengalami bencana maupun yang tidak mengalami bencana. Di samping itu, transportasi logistik disebut pulih jika memiliki sistem yang mampu beroperasi melayani dari dan antar wilayah tanpa bencana, wilayah yang sedang dalam bencana, dan pasca bencana dengan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya.

Perubahan model bisnis, menurut Arif, diperlukan untuk menjamin aliran kas dan membantu investasi. Pasar yang baru perlu diciptakan agar berbagai layanan pulih dan berpotensi tumbuh. Namun ketika komunitas industri tidak sanggup mengubah model bisnisnya karena keterbatasan biaya pada masa pandemi, maka pemerintah harus dapat memberikan stimulus keuangan yang dapat memicu pergerakan angkutan barang. Dari sisi pemerintahan juga dibutuhkan perubahan mekanisme anggaran untuk menjamin aliran kas di dunia usaha di industri logistik sehingga mempercepat pergerakan barang dan perekonomian nasional.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza dalam satu sesi diskusinya menyebutkan, pandemi Covid-19 menyadarkan mengenai perlunya akselerasi untuk sistem transportasi di masa depan. Smart mobility and logistic, automated & autonomous vehicle yang terintegrasi dengan sistem cerdas akan berdampak pada sistem transportasi jangka panjang.

Kepercayaan Masyarakat

Kelancaran logistik adalah bagian dari mata rantai distribusi barang yang berpengaruh terhadap perekonomian. Penting untuk terus memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa industri logistik tetap tetep tumbuh dan menggeliat di masa pandemi saat ini. Peran industri logistik berperan besar untuk mempertahankan dan menaikkan tingkat konsumsi masyarakat agar roda pertumbuhan ekonomi dan investasi di Indonesia terus bergerak. (IS/AS/HG/HT)