(Jakarta, 11/10/2010) Menyusul terjadinya gangguan pasokan arus listrik pada fasilitas-fasillitas bandara yang tergolong non-prioritas di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, PT Angkasa Pura II (Persero) memutuskan untuk menaikkan status suplai tenaga cadangan (back up) pada kategori tersebut menjadi prioritas. Salah satunya adalah fasilitas penerangan umum dan penyejuk ruangan (AC) di seluruh area terminal.
 
”Penerangan umum atau pun AC di terminal-terminal itu semula masuk kategori non-priority dalam sistem back up kita. Tetapi sekarang sudah kita naikkan statusnya menjadi prioritas. Dengan demikian, ketika pemadaman listrik oleh PLN terjadi, lampu maupun AC di Bandara Soekarno—Hatta bisa tetap menyala. Kami menyadari betul bahwa kenyamanan penumpang merupakan salah satu faktor yang harus kami prioritaskan. Tujuan peningkatan status ini sendiri tak lain untuk meningkatkan kenyamanan bagi setiap pengguna jasa bandara,” ungkap Direktur Utama PT Angkasa Pura II Tri S Sunoko, Senin (11/10).
 
Dikatakannya, peningkatan status tersebut juga merupakan salah satu tuntutan dari masyarakat pengguna jasa Bandara Soetta yang direspons perusahaannya. Dia berharap, peristiwa terakhir, yaitu padamnya lampu penerangan umum dan AC di area terminal seperti ketika gardu induk PLN Kosambi terganggu beberapa waktu, lalu tidak akan terulang lagi ke depan. ”Karena ketika pasokan listrik PLN terhenti, sistem back up akan langsung mengambil alih dalam hitungan detik,” ujarnya.
 
Menurut Tri Sunoko, saat ini Bandara Soetta memiliki total tenaga listrik cadangan sebesar 7300 KVA. Dari jumlah tersebut, sebanyak 3000 KVA telah teralokasikan untuk mem-back up fasilitas yang selama ini masuk dalam kategori high priority dan priority. Fasilitas yang masuk dalam kategori high priority adalah seluruh seluruh perangkat teknikal pada sisi udara (air side) dan berkaitan erat dengan sistem pengaturan lalu lintas pergerakkan pesawat, seperti peralatan navigasi, landasan pacu, radar, dlsb. Sementara pada kategory priority, perlengkapan operasional di dalam bandara, seperti fasilitas check  in, imigrasi, bea dan cukai, karantina, x-ray, conveyer, dan lainnya.
 
Sedangkan fasilitas lainnya masuk pada kelompok non-priority yang selama ini adalah fasilitas-fasilitas yang hanya mengandalkan ketersediaan pasokan arus dari PLN dan back up sebesar 20-30 persen. Perangkat tersebut di antaranya adalah lampu penerangan umum dan penyejuk ruangan di terminal. ”Sejalan dengan naiknya status beberapa fasilitas dari non-prority menjadi priority, kita alokasikan sekitar 75 persen dari dari 4300 KVA cadangan arus listrik yang tersedia. (Peningkatan status) ini merupakan salah satu tuntutan dari masyarakat pengguna jasa yang kita respons. Kita harapkan, peristiwa padamnya lampu dan AC di area  terminal seperti ketika gardu induk PLN Kosambi terganggu beberapa waktu lalu, tidak akan terulang lagi ke depan,” lanjutnya.
 
Di sisi lain, lanjut Tri Sunoko, untuk meningkatkan kapasitas listrik cadangan di Bandara Soetta, perusahaanya juga telah menyewa pembangkit  listrik (genset) secara berkala dalam dua tahap. Tahap pertama, genset berkapasitas 3 x 2 MVA, dan tahap kedua 5 x 2 MVA. Keseluruhan genset sewaan itu akan digunakan untuk mem-back up seluruh jalur penerangan, perkantoran, serta tenant. Termasuk pula seluruh fasilitas mekanikal elektrikal seperti AC, elevator, escalator, dan conveyor di terminal 1 dan 2. ”Seluruh pengadaan ini kita lakukan tahun 2010, dan itu semua di luar program RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan),” jelasnya.
 
Menurutnya, penyewaan genset tersebut dilakukan mengingat sisa pasokan tenaga cadangan dari genset yang telah ada selama ini, sebesar 4300 KVA, tidak dapat digunakan seluruhnya. ”Tenaga cadangan yang tersisa 4300 KVA itu memang tidak boleh digunakan total 100 persen. Prosedurnya seperti itu, maksimal kita hanya bisa pakai 75 persen. Karena itu kita alokasikan dana untuk menyewa genset untuk meng-cover fasilitas-fasilitas yang sebelumnya belum masuk daftar cadangan, baik di terminal 1, 2, maupun terminal 3,” tandasnya.
 
Tri menambahkan, terkait upaya perbaikan terhadap jaringan T9 dan T10 yang sempat membuat kedipan selama 1,7 detik dan menyebabkan terganggunya aktivitas penerbangan di Bandara Soetta pada 6 Agustus silam, saat ini AP II yang bekerja sama dengan PLN tengah melakukan penggantian instalasi kabel secara menyeluruh. Sampai kabel tersebut selesai diganti, untuk sementara pasokan arus listrik di kedua titik tersebut menggunakan kabel darurat melalui unit kabel berjalan (UKB) milik PLN.
 
”SOP dan gugus kerja antara AP II sudah kita bentuk untuk penanganan darurat. Jadi, sekarang ada pegawai PLN yang berada di Soetta untuk koordinasi dan fasilitas radio komunikasi yang terhubung antara bandara dengan kantor PLN,” imbuhnya.
 
Kemudian, lanjut dia, sambil berjalan PT AP II juga melakukan uji performasi terhadap sistem back up dengan melakukan simulasi pemadaman listrik dan resetting pada masa sepi, antara pukul 24.00 sampai pukul 04.00. Hasilnya dari uji performasi itu cukup memuaskan alias seluruh sistem back up dapat bekerja maksimal sesuai harapan.
 
”Untuk menghindari kesalahfahaman informasi, selama proses pengujuian ini seluruh airlines dan tenant sudah kita informasikan. Kita targetkan Oktober ini selesai, sedangkan untuk untuk suplai yang ke T3, 25 September lalu sudah selesai. Selain itu, di luar infrastruktur, kita juga melakukan penambahan teknisi pada main power station, di luar penempatan pegawai PLN di sana,” pungkas Tri. (DIP)