Jakarta – Cuaca ekstrem telah menimbulkan berbagai bencana beruntun di Indonesia. Bencana yang terjadi di darat, di laut ,dan di udara mewarnai awal tahun 2021.

Cuaca ekstrem ini terjadi akibat kondisi dinamika atmosfer - adanya pergerakan suplai uap air dari Pasifik Timur ke Pasifik Barat (La Nina) yang disebabkan adanya perbedaan (anomaly) – suhu permukaan laut yang dapat mengakibatkan hydro meteorological disaster (HMD) – bencana air di darat/ laut/ udara di wilayah Indonesia.

Terkait cuaca ekstrem tersebut, yang diprediksi BMKG bakal terjadi sepanjang Januari hingga Maret 2021. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi telah melakukan inspeksi guna memastikan keselamatan penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta, pada Minggu (17/1) lalu.

Di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, sekitar pukul 09.00 WIB, Menhub terjun langsung mengecek kesiapan pesawat (ramp check) Batik Air nomor registrasi PK – LBH. Adapun ramp check sehari-hari dilakukan inspektur yang ditunjuk oleh regulator.

Menhub Budi menjelaskan, sidak yang dilakukan kali ini, sekaligus melakukan ramp check, suatu proses di mana semua pesawat pra operasinal – persiapan terbang harus dilakukan pemeriksaan dahulu terhadap fungsi mesin, fungsi pergerakan. “Kami pastikan semua pesawat yang akan take off di semua bandara di Indonesia harus dengan suatu kualifikasi laik,” jelasnya.

Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Novie Riyanto, yang mendampingi Menhub saat inspeksi, menambahkan saat ramp check, pemeriksaan mendetail dilakukan guna menjamin kelaikan terbang pesawat. Juga pemeriksaan log book catatan pesawat terkait mesin, struktur, dan operasional.

Kolaborasi Stakeholder di Bandara Soekarno-Hatta

Menhub Budi Karya menuturkan, peran operator bandara juga cukup penting dalam mendukung keselamatan penerbangan khususnya terkait dengan pergerakan pesawat selama di area bandara.

Di tempat yang sama, President Director PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin menjelaskan ada koordinasi yang dilakukan antara PT Angkasa Pura II dengan AirNav Indonesia untuk memastikan keamanaan pergerakan pesawat selama di bandara.

“Ground movement dilakukan berkoordinasi dengan AirNav Indonesia sehingga pergerakan pesawat dipastikan memenuhi aspek keselamatan,” ujar Muhammad Awaluddin.

AirNav Indonesia merupakan penyedia jasa navigasi penerbangan yang mengoperasikan menara Air Traffic Controller (ATC) termasuk di Bandara Soekarno-Hatta. Adapun personel di menara ATC bertugas memantau lalu lintas penerbangan.

Muhammad Awaluddin menambahkan kolaborasi antara PT Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Soekarno-Hatta dan AirNav Indonesia diimplementasikan melalui konsep berbasis teknologi yakni Airport Collaborative Decision Making (A-CDM).

Selain PT Angkasa Pura II dan AirNav Indonesia, stakeholder lain yang berkolaborasi di dalam konsep A-CDM adalah pihak ground handling yang menunjang operasional maskapai seperti misalnya melakukan penanganan penumpang, bagasi penumpang pesawat, kargo, hingga menyediakan berbagai peralatan untuk pergerakan pesawat di darat.

Konsep A-CDM ini meningkatkan kolaborasi lebih erat antara PT Angkasa Pura II, AirNav Indonesia, pihak ground handling, dan maskapai.

“Output yang dihasilkan dari kolaborasi melalui A-CDM ini adalah terjaganya aspek keselamatan penerbangan dan tingginya tingkat ketepatan waktu (on time performance/OTP) maskapai sehingga aspek safety, security, service through compliance atau dikenal dengan 3S + 1C dapat selalu dipenuhi oleh stakeholder di Bandara Soekarno-Hatta,” ujar Muhammad Awaluddin.

Antisipasi Cuaca Ekstrem di Bandara Halim Perdana Kusuma

Selain mengantisipasi cuaca ekstrim di Bandara Soekarno Hatta, Menhub juga menugaskan Angkasa Pura II untuk melakukan perbaikan saluran-saluran yang mengalami pendangkalan, di sekitar Bandara Halim Perdana Kusuma agar tidak menganggu layanan transportasi ke dan di bandara tersebut.

"Upaya normalisasi saluran-saluran di Bandara Halim itu sangat penting. Kalau itu selesai, bisa dipastikan transportasi ke dan di Bandara Halim tidak akan terganggu lagi. Sedangkan di Bandara Soekarno Hatta relatif tidak ada masalah, demikian pula bandara-bandara yang lain juga praktis tidak ada masalah yang berarti," ungkap Menhub Budi.

Pada kesempatan yang berbeda, usai melakukan inspeksi ke Bandara Soekarno Hatta, Menhub juga memeriksa kesiapan layanan transportasi udara nasional di bawah naungan Angkasa Pura II.

Menhub Budi Karya juga mengingatkan kembali perlunya antisipasi layanan transportasi laut yang juga terdampak karena cuaca ekstrem. Budi Karya menginstruksikan agar pelabuhan di daerah-daerah berkoordinasi dengan BMKG wilayahnya masing-masing untuk mempersiapkan diri terhadap prakiraan cuaca atau gelombang tinggi.

"Terutama Indonesia bagian timur itu bisa menyiapkan diri dengan bagus, kalau ada suatu curah hujan atau angin yang berlebihan. Dari pengalaman kita memang di utara Jawa itu, akan terjadi ombak-ombak yang ekstrem pada bulan Februari, nah ini juga mungkin kita akan memberikan suatu persiapan-persiapan bagi kapal kapal termasuk juga suatu edukasi untuk persiapannya," ujar Budi Karya.

Menurut BMKG, terjadinya gelombang tinggi tersebut bukan tsunami, namun merupakan salah satu kejadian cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Indonesia karena itu masyarakat diimbau tidak panik.

"Peristiwa naiknya air laut yang menyebabkan banjir terjadi di Pesisir Manado kemarin merupakan salah satu kejadian cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Indonesia. Jadi masyarakat tidak perlu panik dan tidak perlu mengungsi, tapi tetap waspada dan terus memantau serta memperhatikan update informasi cuaca terkini dari BMKG," kata Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo di Jakarta, Senin (18/1/).

Eko menambahkan agar masyarakat dan para operator sector transportasi diimbau untuk terus memantau informasi cuaca terkini dari BMKG Stasiun Meteorologi Maritim dan mengikuti arahan dari BNPB/BPBD setempat. (IS/AS/HG/HT/JD)