(Jakarta, 18/01/10) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan  tengah merancang pengembangan sistem angkutan umum jalan raya terpadu dari dan menuju kota-kota penyangga DKI Jakarta. Upaya ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkat kemacetan dengan menekan populasi kendaraan pribadi di jalan-jalan raya ibu kota.
 
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Suroyo Alimoeso menjelaskan, salah satu program tersebut adalah menyiapkan angkutan bus pengumpan (feeder) Transjakarta (busway) dari wilayah seperti Bogor, Tangerang, Depok, serta Bekasi. Bus-bus pengumpang itu akan dioperasikan dari kota-kota penyangga menuju titik temu yang akan menjadi pusat transit. Lokasi tititk temu itu sendiri terletak di wilayah perbatasan antara Jakarta dan wilayah penyangga.
 
”Dari Bekasi misalnya, titik transitnya nanti bisa di shelter di PGC Pulogadung. Untuk yang dari arah Bogor, bisa di Cililitan atau Cawang, dan lain-lain. Kemudian, di titik-titik pemberangkatan feeder itu bisa kita sediakan area-area parkir yang luas,” jelasnya di Jakarta, Senin (18/1).
 
Seiring dengan itu, Suroyo menambahkan, upaya pendukung lain juga harus dilakukan. Salah satunya adalah memberlakukan electronic road pricing (ERP), atau memberlakukan pembatasan kendaraan pribadi dengan berdasarkan nomor kendaraan. ”Misalnya, nomor ganjil untuk hari Senin, Rabu, dan Jumat, kemudian nomor genap untuk hari Selasa, Kamis,” paparnya.
 
Terkait hal itu, Suroyo meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mendukung program tersebut. Bentuk dukungan yang diharapkan tersebut antara lain mengantisipasi munculnya kendala-kendala yang akan muncul seiring dengan upaya perealisasian rencana ini. Salah satunya adalah dengan mempertahankan kondisi tata ruang wilayah ibu kota yang ada saat ini. Hal tersebut bertujuan agar konsep pengembangan sistem transportasi nasional jangka panjang tidak terkendala. ”Kalau kendala-kendala di luar DKI, biar kita (Ditjen Hubdat) yang selesaikan,” jelas Suroyo.
 
Dia menambahkan, pengembangan feeder untuk Transjakarta merupakan salah satu langkah efisiensi sebelum proyek MRT yang digagas Pemprov DKI Jakarta terealisasi. Sebelum angkutan massal yang akan menghubungkan Terminal Lebak Bulus hingga Stasiun Dukuh Atas itu dibangun, Suroyo menekankan harus dilakukan langkah pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada secara optimal. Busway dinilainya sebagai salah satu sarana angkutan massal yang cukup ideal untuk dikembangkan.
 
”Kita ingin ada sinergitas antara angkutan di kota-kota penyangga dengan ibu kota, sehingga volume kendaraan yang masuk ke Jakarta bisa ditekan. Kalau harus menunggu MRT selesai, mau tunggu sampai kapan? Jadi, biarkan yang ada dahulu berjalan supaya optimal. Busway menurut saya cukup ideal,” papar Suroyo. (DIP)