(Jogjakarta, 18/9/2010)  Bandara Adisutjipto Jogjakarta mencetak rekor baru pergerakkan penumpang sepanjang sejarahnya. Itu terjadi pada masa puncak arus mudik angkutan Lebaran tahun ini yang terjadi pada H-2 Lebaran atau 8 September 2010, dengan mengangkut sebanyak 8.116 orang penumpang.

Manager Operasional PT Angkasa Pura I cabang Adisutjipto Halendra bahkan mengatakan, jumlah tersebut juga baru terjadi sepanjang sejarah berdirnya bandara internasional tersebut. "Sejak dibangun pada 1938 lalu belum pernah sebanyak ini. Jumlah ini merupakan pencapaian tertinggi, rekor yang sangat luar biasa," ungkapnya dengan bangga, Sabtu (18/9).

Halendra mengatakan ada sejumlah faktor yang mendukung pencapaian spektakuler tersebut. Salah satunya adalah dukungan penyediaan jadwal yg jauh lebih besar dari hari biasa melalui penerbangan tambahan (extra flight). "Sepanjang masa Lebaran ini extra fligt mencapai 160 jadwal, baik penerbangan domestik maupun internasional. Penerbangan tambahan ini disediakan maskapai  berdasarkan permintaan pasar yang cukup tinggi. Kedatangan  terbanyak dari Jakarta," imbuhnya.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan membenarkan hal tersebut. Dari ratusan permintaan jadwal penerbangan tambahan yang diajukan maskapai sepanjang masa angkutan Lebaran yang dikeluarkan Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub, rute menuju Jogja mendominasi.

"Dari sekian banyak flight approval untuk extra flight, rute Jakarta-Jogja menduki peringkat tertinggi. Sedangkan yang tertinggi kedua adalah Jakarta-Balikpapan," jelasnya, di sela pemantauan arus balik angkutan udara di Jogjakarta dan kereta api di wilayah Daerah Operasi 5 dan 6.

Menurut data Ditjen Perhubungan Udara, imbuh Bambang, dari total sembilan maskapai yang beroperasi di Adisutjipto, ada lima maskapai yang meminta penerbangan tambahan rute Jakarta-Jogjakarta. Mereka adalah Mandala Airlines, Indonesia AirAsia (IAA), Garuda Indonesia, Lion Mentari Airlines, dan Sriwijaya Airlines.

Kelima maskapai tersebut mengalokasikan kursi tambahan yang mereka minta untuk periode penerbangan 2-19 September 2010. Sementara kapasitas penerbangan pada rute itu 113.344 kursi.

Dari kelima maskapai itu, IAA dan Lion Air yang paling banyak meminta izin melakukan penerbangan tambahan menuju kota pelajar tersebut. IAA meminta 26 kali penerbangan tambahan berkapasitas 9.360 kursi, sementara Lion Air meminta 24 kali penerbangan tambahan dengan kapasitas 8.307 kursi.

Halendra menambahkan, terkait tingginya jadwal tambahan ini, pihaknya menerapkan aturan tegas soal pengaturan slot time. "Maskapai mayoritas meminta extra flight mereka ditaruh di golden time antara pukul 06-09 pagi. Tetapi, itu tidak kita berikan, karena waktu itu untuk prioritas penerbangan yang reguler. Slot extra flight kita plot di luar golden time dan kita distribusi merata supaya adil," paparnya.

Selain penerbangan tambahan pada rute domestik, Halendra menyebutkan, penerbangan luar negeri khususnya dari Kuala Lumpur menuju Jogjakarta juga memberikan kontribusi penambahan angka pergerakkan penumpang yang cukup besar pada arus mudik lalu.

"Penerbangan ini mengangkut para TKI dari Malaysia. Tingkat isiannya luar biasa, rata-rata 99 persen. Extra flight untuk rute ini bisa sampai tujuh penerbangan. Movement tertingginya dilayani IAA," katanya.

Halendra melihat, peningkatan jumlah penumpang mudik yang tinggi ini terjadi sejak pasca gempa melanda Jogja pada 2006 silam. "Masyarakat Jawa, Jogja khususnya, punya homesick yangg tinggi utk mudik saat lebaran. Mungkin juga ini didorong oleh daya beli masyarakat yang meningkat serta harga jual tiket yang relatif terjangkau," jelas Halendra.

Arus Balik

Kendati terjadi pertumbuhan tinggi yang mencapai tiga kali lipat kapasitas bandara, menurut Halendra, aktivitas penumpang di bandara berjalan cukup tertib dan terkendali. Kendaraan pengantar diizinkan untuk masuk ke area lobi bandara (dropping zone), sementara penjemput diarahkan ke lapangan parkir sebelah Stasiun Maguwo.

"Baik arus mudik maupun balik, alhamdulillah tidak ada masalah. Penumpang sangat kooperatif. Di sisi lain, kita sendiri sudah mengantisipasinya dengan menerapkan pola pengaturan arus masuk dan keluar penumpang, serta kendaraan pengantar agar tidak terjadi stagnasi. Dan, sejauh ini, itu cukup berhasil," jelasnya.

Jika puncak arus mudik terjadi pada H-2 Lebaran, namun puncak arus balik diperkirakan jatuh pada H+7 dan H+8 Lebaran atau tanggal 18 dan 19 Agustus 2010. "Sampai hari ini, jumlah tertinggi pergerakkan penumpang arus balik masih di 14 Agustus, sebanyak 7.329 orang. Sedangkan pada puncaknya, diperkirakan mencapai 8.000 orang," rinci Halendra.

Berdasarkan pemantauan di lapangan, hingga 19 Agustus siang, kepadatan di terminal pemberangkatan Bandara Adisutjipto terus meningkat. Baik pintu masuk penumpang hingga ruang tunggu naik ke pesawat dipenuhi calon penumpang yang mayoritas merupakan penumpang tujuan Jakarta. (DIP)