“Permintaan tenaga pelaut dari perusahaan nasional maupun internasional saat ini sangat tinggi. Hal tersebut dipicu oleh kenaikan harga BBM, rendahnya tingkat kemampuan proficiency, serta masyarakat Eropa yg telah meninggalkan profesi pelaut. Selain itu budaya dan perilaku orang Indonesia yang santun dan loyal diminati oleh perusahaan asing,” kata Dedi dalam acara Press Background di Ruang Nanggala, Lantai VII, Gedung Cipta, Departemen Perhubungan, Jumat, 8 Agustus 2008.

Dedi menyebutkan, beberapa perusahaan asing yang menggunakan pelaut-pelaut RI adalah Holand America Line (HAL), NYK, Sunjin, Jewong, dan Anthony Veeder. Bahkan perusahaan-perusahaan tersebut berani merekrut taruna-taruna calon pelaut, meskipun masa studi mereka belum berakhir. Lebih lanjut Dedi menjelaskan, dari hasil perhitungan di Singapura, kebutuhan pelaut dunia pada 2014 diperkirakan mencapai 40.000 orang. Sementara saat ini yang bisa dipenuhi Indonesia baru 500 orang per tahunnya. Karena itu Badan Diklat Perhubungan secara intens menginformasikan keberadaan diklat pelayaran di Indonesia baik tingkat Menengah, Akademi, maupun Sekolah Tinggi ke masyarakat.

Terkait dengan terjadinya kekerasan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Dedi menyatakan Departemen Perhubungan (Dephub) kini menerapkan program “Roadmap to Zero Violence”. Tak hanya di STIP, tapi seluruh akademi di bawah Dephub. Hal tersebut diusahakan dengan mengubah konsep pada beberapa kurikulum, diantaranya dengan memasukkan budi pekerti serta menambah kegiatan rekreasional di luar akademis, seperti musik, olahraga, atau baris berbaris. “Namun disiplin tetap ada karena kita menyiapkan orang-orang Perhubungan yang siap dalam keadaan emergency," jelas Dedi (YFA)