Sedianya, menurut jadwal, rute tersebut akan mulai dilintasi pada Agustus 2008 ini. Namun, akibat pembahasan yang alot tersebut, target pun berubah. Kemungkinan, pengoperasian angkutan di rute tersebut baru dapat dilaksanakan pada September mendatang.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Iskandar Abubakar mengatakan, bagi Indonesia semuanya sudah final. ”Kalau kita, maunya sih, bisa direalisasikan secepatnya. Kalau bisa malah sesuai jadwal (Agustus, Red). Karena kita (Indonesia) tidak ada lagi masalah,” ujarnya di Jakarta, Selasa (12/8).

Dikonfirmasi terpisah, Direktur Usaha Perum Damri Bagus Wisanggeni mengaku optimistis pembahasan untuk tarif tersebut dapat diselesaikan dalam waktu dekat. ”Sehingga target pengoperasian tak terlalu jauh bergeser dari yang telah dijadwalkan,” ujarnya, Selasa.

Dipaparkan Bagus, sejauh ini, besaran tarif sudah mengerucut pada angka Rp 550 ribu per penumpang. Angka itu dinilai memadai untuk perjalanan bus yang menempuh jarak sekitar 1200 kilometer dengan waktu tempuh 25 jam tersebut.

Selain tarif, masalah lain yang juga masih menjadi pembahasan intensif adalah tentang prosedur teknis pengisian bahan bakar minyak (BBM). Hal itu terkait adanya perbedaan harga BBM di Indonesia dengan Brunei. Lebih rendahnya harga BBM di Brunei dari pada di Indonesia, memunculkan ide untuk membatasi pengisian BBM di Brunei hingga maksimal sekitar 19 liter.

Mengenai pemberhentian bus, saat ini sudah disepakati yakni minimal di daerah perbatasan. Soal kesiapan armada, masing-masing operator antar negara juga sudah menyiapkan bus untuk operasional.

Menurut Iskandar Abubakar, dalam kerja sama transportasi itu, Indonesia dan Brunei mendapat hak mengoperasikan masing-masing 10 unit bus. Dari Indonesia, selain Damri, pengoperasian bus juga dipasok PT SSDS, operator bus di Pontianak, Kalimantan Barat. Bagus menjelaskan, pihaknya sudah menyiapkan 5 unit bus masing-masing berkapasitas 40 orang per unit.

Rute bus lintas negara itu persisnya Pontianak (Indonesia)– Kuching (Malaysia)– Miri – Brunei Darussalam. Sebelumnya Direktur Jenderal Perhubungan Darat Departemen Perhubungan Iskandar Abubakar mengatakan, rute itu sangat strategis bagi Indonesia mengingat banyak tenaga kerja Indonesia yang melakukan perjalanan di daerah tersebut. (DIP)