Menurut Menhub Jusman, angka kecelakaan di Indonesia setiap tahunnya masih cukup besar dengan jumlah meninggal mencapai 30 ribu orang per tahun. "Kasus terbesar adalah kecelakaan di lalu lintas angkutan jalan," kata Jusman. Hanya saja, Menhub tidak merinci berapa kasus kecelakaan selama musimlebaran 2007. “Jumlah itulah yang akan terus ditekan,” kata Jusman.
Sebelumnya, Lembaga Swadaya Kemitraan Global Untuk Keselamatan Jalan Raya menyebutkan, jumlah korban kecelakaan jalan rata-rata di Indonesia masih tinggi. Jumlahnya, mencapai kisaran 30.000 korban meninggal setiap tahun. Jumlah tersebut berpotensi meningkat jika tidak segera dilakukan sesuatu oleh pemerintah dan pihak terkait.

LSM yang dipimpin mantan Menhub Giri Soeseno Hadihardjono itu terus mengkampanyekan keselamatan transportasi jalan. Salah satunya adalah dengan tertib berlalu lintas, memenuhi semua peraturan, termasuk menggunakan helm atau sabuk keselamatan sesuai standar yang ditetapkan UU.

Untuk mencapai target penurunan ratio kecelakaan itu, Menhub Jusman melanjutkan, pihaknya antara lain telah menambah jumlah kamera pemantau jarak dekat (circuit close television/CCTV) dari 13 menjadi 51 unit. "CCTV itu tersebar untuk moda transportasi darat di seluruh jalur mudik. Sedangkan bila ditambah di penyeberangan, bandara dan sejumlah stasiun, seluruhnya menjadi 70 unit CCTV," kata Jusman. Selama ini, pemasangan kamera CCTV difokuskan di sejumlah titik-titik rawan kecelakaan, mulai dari Pelabuhan Merak Banten, Tol Jakarta-Merak, jalur pantai utara Jawa (Pantura), Jawa Tengah sampai ke Surabaya dan Banyuwangi Jawa Timur.

Selain itu, kepada perusahaan otobus (PO) disarankan untuk memasang "global positioning system" (GPS) yang mampu memantau keberadaan armada bus yang dioperasikan. Jika terjadi hambatan di jalan, atau awak bus ugal-ugalan bisa dipantau dari pusat kendali operasi perusahaan masing-masing. Saat ini, lanjut Jusman, sudah dua PO bus yang memasang GPS, yakni PO Primajasa dan PO Nusantara. “Dengan begitu, diharapkan mampu menekan jumlah kecelakaan dan jatuhnya korban jiwa,” kata Menhub lagi.

Selain itu, Mabes Polri juga menggelar Operasi Ketupat selama Angkutan Lebaran 2008 untuk menjaga dan mengatur tertib lalu lintas, khususnya bagi para pemudik menuju kampung halaman. “Dengan operasi tertib itu, diharapkan bisa menekan semua bentuk pelanggaran lalu lintas sehingga bisa menurunkan jumlah korban jiwa,” katanya.

Motor Dibatasi

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Perhubungan Darat yang juga Ketua Posko Angkutan Lebaran Terpadu 2008, Iskandar menyatakan persetujuannya jika sepeda motor dibatasi pertumbuhannya. Hal itu karena kontribusinya terhadap angka kecelakaan di jalan sudah sangat mengkhawatirkan.
"Kami setuju sepeda motor dibatasi dan cenderung dikendalikan," kata Iskandar. Penegasan Iskandar tersebut terkait desakan pihak terkait agar pertumbuhan dan pemakaian sepeda motor di Indonesia sebaiknya dikendalikan. Pertumbuhan sepeda motor per tahun, kata Iskandar, berdasarkan data produksi pabrikan saat ini sudah mencapai 13 persen per tahun. "Biasanya, jika pabrikan menyebut produksi 4 juta, data pertumbuhan versi Polisi mencapai 6 juta unit. Artinya, saat dilepas ke konsumen, trennya lebih banyak lagi," kata Iskandar.

Kahumas PT Jasa Rahardja, Nasir Hakam sebelumnya, menyatakan, sampai Juli dari total santunan yang direalisasikan kepada korban kecelakaan lalu lintas jalan Rp400 miliar lebih, hampir 70 persen untuk korban kecelakaan sepeda motor. Artinya, dari total jumlah santunan itu, hampir 70 persen diperuntukkan bagi korban kecelakaan lalu lintas yang sebagian besar melibatkan sepeda motor.
Bahkan, data pemerintah menyebutkan, dari 30 ribu korban kecelakaan meninggal setiap tahunnya di Indonesia, hampir sebagian besar melibatkan sepeda motor. Nasir mengusulkan, pembatasan sepeda motor antara lain bisa dilakukan melalui pembatasan usia sepeda motor, pengetatan pemberian SIM C, dan pembuatan jalur khusus untuk sepeda motor.

Iskandar melanjutkan, dengan fakta itu, sangat wajar bila sepeda motor layak dikendalikan agar tidak menimbulkan korban lain yang lebih besar. "Bagaimana pun juga sepeda motor ini, rawan kecelakaan," katanya.  Sementara itu, terkait dengan makin meningkatnya pengguna sepeda motor pada angkutan lebaran tahun ini sebesar 2,5 juta sepeda motor, hal itu semata-mata dipicu oleh faktor biaya. "Itu yang utama, baru kecepatan, kenyamanan dan keselamatan dan keamanan (safety)," katanya. Ia memberikan contoh, untuk jarak tempuh sekitar 300 km seperti Jakarta-Semarang, hanya memerlukan bahan bakar sekitar Rp60-80 ribu saja. "Bandingkan dengan menggunakan Kereta Api (KA) atau pesawat," kata Iskandar. Iskandar menegaskan, umumnya kesadaran masyarakat menggunakan moda transportasi seperti itu, khususnya masyarakat menengah ke bawah.

Data Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyebutkan, pada musim angkutan kebaran tahun lalu, korban meninggal akibat kecelakaan sepeda motor di jalur mudik/balik sebesar 320 orang.(ES)