"Jumlah kontainernya dibatasi, supaya masih tetap bisa sebagai kapal penumpang," jelas Dirjen Perhubungan Laut Dephub Effendi Batubara di Jakarta, Kamis (3/7).

Menurut Effendi, kapasitas angkut kargo di Pelni tak perlu ditambah mengingat tingkat kepadatan penumpang (load factor) Pelni mengalami kenaikan. Naiknya load factor itu, menurut Effendi membuat pendapatan Pelni makin gemuk. Saat ini load factor Pelni sudah naik hingga mendekati 70 persen.

Effendi menuturkan, load factor Pelni naik karena banyak penumpang beralih dari angkutan udara ke angkutan laut akibat meningkatnya tarif tiket pesawat. "Angkutan laut menjadi alternatif karena dinilai tarifnya masih sangat ekonomis," katanya.

Ia menambahkan, ke depannya layanan kargo Pelni cukup dilakukan dengan mengoperasikan Kapal Motor (KM) Gunung Dempo. Kapal tersebut akan didatangkan dari Jerman pada pertengahan bulan ini. Ditegaskan, KM Gunung Dempo yang investasi pembangunannya mencapai Rp 1 triliun tersebut mampu dioperasikan melayani angkutan penumpang sekaligus barang.

"Kapasitas angkut penumpangnya mencapai 1.500 orang, sedangkan ruang untuk angkutan peti kemas memiliki kapasitas daya tampung hingga 90 boks kontainer," papar Effendi.

Terpisah, Kepala Komunikasi Perusahaan Pelni Edi Haryadi mengungkapkan pihaknya akan mengikuti kebijakan yang ditetapkan Dephub. "Pastinya Pelni akan mengikuti aturan yang ditetapkan Dephub. Kalau memang dibatasi hanya mengangkut 100 boks kontainer, tentunya kita tidak akan mengangkut lebih dari itu," ujarnya saat dihubungi Kamis.

Menurut Edi, dengan adanya pembatasan tersebut, sedianya Pelni akan meningkatkan konsentrasi terhadap pengangkutan penumpang. Terlebih, saat ini Pelni sendiri tengah mengkaji ulang rencana untuk mengubah strategi bisnis dari pengangkutan penumpang ke kargo dan kendaraan. "Bisnis angkutan kargo dinilai belum terlalu mendesak seiring meningkatnya jumlah penumpang angkutan laut pada tahun ini," ujarnya.

Selain itu, Edi menambahkan, pengembangan bisnis angkutan kargo juga terkendala permodalan. Karena alasan itulah mengapa hingga saat ini belum juga memodifikasi satu kapal pun menjadi kapal kargo. Kendati, katanya, pihaknya telah menyiapkan sedikitnya sembilan unit kapal penumpang tipe 2.000 untuk dimodifikasi menjadi angkutan penumpang, kargo, dan kendaraan.

"Kemungkinan jumlahnya akan direvisi, tidak lagi sembilan. Tapi itu belum diputuskan. Yang jelas, kami tak bisa menghilangkan layanan penumpang karena armada kapal Pelni memang didesain melayani penumpang. Itu tidak akan kami ubah," kata Edi.. (DIP)