Direktur Jenderal Departemen Perhubungan Laut Efendi Batubara mengatakan posisi siklon tropis Helen itu berada di arah tenggara, 680 kilometer dari Kupang. Perairan yang rawan terimbas badai itu mulai pantai selatan Jawa ke arah timur ke Nusa Tenggara, Laut Sawu, Arafuru sampai Papua.

Badai ini diperkirakan bisa memboyong hujan dengan intensitas sedang atau lebat, angin kencang 20 – 50 kilometer per jam, dan gelombang laut hingga 4 meter. "Keadaan ini berbahaya untuk semua jenis kapal," kata Efendi mengutip laporan Badan Meteorologi dan Geofisika di Jakarta, Jumat lalu.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut mengisntruksikan administrator pelabuhan agar berhati – hati mengerluarkan surat izin berlayar."Perusahaan pelayaran juga jangan memaksakan kapal melaut dalam cuaca buruk, "kata Efendi.

Secara umum kondisi cuaca selama sebulan ke depan belum ramah untuk operasi pelayaran. Karena itu, Departemen Perhubungan mengeluarkan maklumat larangan pelayaran pada Jumat lalu. Sebelumnya, maklumat yang sama juga telah dikeluarkan saat gelombang laut yang mengganas pada 27 sampai 31 Desember lalu.

Meski badai terus melanda , kata Efendi, hingga kini hal itu belum menimbulkan gangguan signifikan terhadap bisnis pelayaran. Operasi kapal, dari kapal kecil yang melayani pelayaran rakyat, kapal penyeberangan, hingga kapal besar untuk rute jarak jauh, secara umum masih normal.

Menurut petugas informasi BMG, Taufik, badai Helen yang melanda daerah timur Indonesia sejak 3 Januari lalu menyisakan angin bertekanan rendah dam telah menghilan sejak Sabtu lalu sekitar pukul 19.00 WIT.

Dampak badai Helen itu, kata Taufik, adalah datangnya hujan dangan curah yang tinggi disetai angin kencang di wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, dan Jawa. Ombak di perairan Merauke juga tinggi.

Namun, dampak badai Helen bagi pelayaran hanya terjadi di laut Timor dan Laut Arafuru. Di wilayah itu, kata dia, sejulah perjalanan kapal besar terhenti.

Sumber : Koran Tempo , 7 Januari 2008.