Pembangunan prasarana transportasi terpadu itu yang merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota Jogjakarta serta Pemerintah Pusat ini merupakan salah satu upaya meningkatkan mutu keselamatan, keamanan dan pelayanan terhadap penguna jasa transportasi. Khususnya para pengguna jasa dari dan menuju wilayah Jogjakarta dan sekitarnya, termasuk para wisatawan mancanegara.

Menhub Jusman berharap, apa yang telah dilakukan Pemprov Jogjakarta tersebut bisa ditiru oleh pemerintah daerah lain. Karena hal tersebut, merupakan salah satu bukti keberhasilan pemerintah daerah dalam merealisasikan jaringan transportasi di wilayahnya sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional (Sistranas).

”Semoga hal ini dapat dijadikan contoh untuk diterapkan pemerintah di provinsi-provinsi lain di wilayah Indonesia,” ujar Menhub di Jakarta, sekembalinya dari peresmian, Selasa siang.

Keterpaduan transportasi di Tataran Transportasi Lokal (Tatralok), Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil), sampai ke tingkat Tataran Transportasi Nasional (Tatranas), menurut Menhub, telah dapat dilaksanakan dengan baik di Jogjakarta. Mengingat, katanya, Jogjakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan. Tak hanya sebagai kota wisata, lanjutnya, Jogja yang juga berstatus sebagai Kota Budaya, Kota Pendidikan, dan Kota Perdagangan sektor UKM, sangat memerlukan dukungan prasarana dan sarana transportasi yang memadai. ”Baik kuantitas maupun kualitasnya,” tambah Menhub.

Fasilitas terpadu itu sendiri awalnya merupakan bagian dari pengembangan Bandara Adi Sutjipto yang rata-rata per hari melayani sebanyak 40 hingga 42 penerbangan domestik dan internasional sekaligus, dengan jumlah penumpang per hari rata-rata sebesar 3.500 orang. Menhub memaparkan, lokasi Bandara Adi Sutjipto yang strategis sangat mendukung penerapan pengintegrasian sejumlah moda transportasi. Di mana, selain Bandara Adi Sutjipto, Provinsi Daerah Istimewa Jogjakarta juga memiliki Stasiun KA Tugu, Terminal Bus Giwangan, serta Terminal Bus Jombor untuk mendukung perealisasian keterpaduan antarmoda tersebut dalam kerangka meningkatkan kualitas pelayanan jasa transportasi kepada masyarakat.

”Pergantian antarmoda tersebut dapat dilihat pada letak dan area strategis pada kawasan bandara dengan terminal utama Bandara Adi Sutjipto, yang dihubungkan aksesibilitas ke moda jalan seperti bus perkotaan Trans Jogja dan ke moda kereta api komuter Prambanan Ekspress (Prameks) jurusan Solo-Jogja-Maguwo-Kutoarjo-Purworejo,” ujarnya.

Untuk mengintegrasikan ketiga moda tersebut telah dibangun sejumah fasilitas baru di areal bandara, yang terdiri dari halte bus Trans Jogja dan Stasiun KA Maguwo Baru yang terletak di lapangan parkir bandara, di sisi utara Bandara Adi Sutjipto. Selain itu terdapat pula serta terowongan (underpass) yang menghubungkan kawasan bandara dengan lapangan parkir tempat halte Trans Jogja dan Stasiun KA Maguwo Baru berada.

Dengan adanya fasilitas tersebut, kini masyarakat bisa memilih bus Trans Jogja maupun KA Prameks sebagai angkutan menuju dan keluar bandara. Masyarakat Boyolali, Kutoarjo, Purworejo, Klaten, serta Solo, yang menuju maupun keluar dari bandara dapat memanfaatkan fasilitas baru ini. Untuk naik bus atau kereta api, penumpang pesawat yang baru turun di bandara harus melewati terowongan berpenyejuk ruangan (AC) seluas 1.092 meter persegi yang dibangun di bawah jalur rel KA, menggunakan travelator. (DIP)