Menurut Jusman, penetapan besaran bantuan pemerintah untuk layanan publik (Public Service Obligation/PSO) itu dengan asumsi tingkat isian penumpang 60 persen. "Artinya, dalam situasi seperti saat ini, mestinya Pelni mampu meningkatkan 'load factor'-nya. Kalau bisa hingga 70-80 persen, maka PSO-nya tak perlu naik dan tarif juga tak perlu naik," katanya.

Sementara itu, Direktur Usaha PT Pelni, Jussabela Sahea secara terpisah, pihaknya berharap dan tetap mengusulkan kenaikan tarif kelas ekonomi kepada pemerintah. "Hari ini (27/5) kami masukkan secara resmi ke kenaikan tarif ke pemerintah. Kami berharap sebulan sudah ada keputusan final," kata Jussabella.

Menurut dia, setiap kenaikan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM), tidak bisa dihindari adanya kenaikan biaya operasional seperti biaya perawatan dan suku cadang. Makanya, kata Jussa, dalam kajian yang dilakukan Pelni, jelas kenaikan biaya pokok dari Rp738 per mil per penumpang menjadi Rp829 per mil per penumpang.

"Komponen BBM itu, kontribusinya terhadap biaya saat ini sudah mencapai 60 persen. Meski kami sudah melakukan sejumlah efisiensi, sulit bagi kami jika tidak naik," katanya. Jussa menyebut, saat ini tiket penumpang Pelni kelas ekonomi rata-rata Rp415 per mil per penumpang," katanya. BUMN Pelayaran ini hingga saat ini melayani dan menyinggahi 94 pelabuhan dengan total armada sebanyak 22 unit kapal berbagai tipe, termasuk empat kapal tipe roro.

Sebelumnya, Kahumas PT Pelni, Edi Heryadi menegaskan, terkait rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akhir Mei 2008, belum berani mengambil opsi untuk menaikkan tarif angkutan laut. "Kita sedang menghitung tapi belum diputuskan naik atau tidak," ujar Edi. Edi juga mengakui, tarif rata-rata Pelni saat ini Rp405 per mil per penumpang. Sementara biaya operasional sekali jalan mencapai Rp738 per mil per penumpang.

Menurut Edi, selisih tersebut ditutup dengan subsidi dari pemerintah yang tahun ini dianggarkan sebesar Rp850 miliar. "Tahun lalu Rp650 miliar," kata dia. Edi juga menambahkan, untuk mengurangi pengeluaran BBM, Pelni mengganti secara bertahap jenis bahan bakar yang dipakai sekarang, yaitu High Solar Diesel (HSD) menjadi Maritime Fuel Oil (MFO).

"Harga HSD ekonomi jauh lebih mahal dari MFO," tuturnya. Saat ini, dari 26 kapal Pelni, baru dua unit yang sudah memakai MFO. Direncanakan tahun ini ada dua sampai tiga kapal yang akan menggunakan MFO.

Selain tarif Pelni, Menhub juga memastikan bahwa tarif kereta api kelas ekonomi tidak akan naik. Tetapi untuk kereta api ini, menurut Menhub, pemerintah akan menambah alokasi PSO untuk PT KA sebesar Rp 150 miliar menjadi Rp 600 miliar di tahun ini sebagai kompensasi (ES)