”Pencarian bergerak ke arah selatan dari posisi awal tersebut dikarenakan arus mengarah ke selatan. Diperkirakan, tekanan air yang kuat telah menggeser posisi kapal ke arah sana,” jelas Kepala Pusat Komunikasi Publik Departemen Perhubungan Bambang S Ervan saat dihubungi, Selasa (13/1).

Selain pencarian melalui jalur udara dengan menggunakan pesawat Puma, Boeing 7301 dan Boeing 7303 milik TNI AU serta Nomad dan Cassa milik TNI AL, pencarian melalui laut juga lebih dioptimalisasikan. Untuk meningkatkan pencarian melalui jalur laut saat ini diturunkan sedikitnya lima kapal perang TNI AL yaitu KRI Untung Suropati, KRI Kakap, KRI Hasan Basri, KRI Selamet Riyadi, dan KRI Kalsamalona, yang dibantu dua kapal negara milik Dephub yaitu KN Alugara, KN Mengkara.

Selain kapal-kapal berbadan besar tersebut, dikerahkan juga kapal-kapal lain milik operator swasta dan Pelni untuk membantu pencarian, seperti KM Samalona, KM Queen Soya, KM Samarinda Express, KM Katila, KM Umsini, serta puluhan speed boat.

”Ratusan Kapal-kapal nelayan di perairan ini juga ikut membantu upaya pencarian korban,” sambung Bambang, seraya mengatakan bahwa buruknya cuaca yang masih terjadi hingga saat ini juga menghambat aksi pencarian korban dan bangkai kapal KM Teratai Prima tersebut.

Saat dihubungi, Bambang tengah mendampingi Menhub Jusman memantau langsung perkembangan terakhir pencarian di lokasi dan meninjau kondisi para korban yang telah ditemukan. Hingga Selasa petang, dilaporkan bahwa telah 35 korban KM Teratai Prima telah berhasil ditemukan, termasuk di dalamnya 17 ABK dan nakhoda kapal yang bernama Sabri. Satu di antara korban tersebut, ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.

Menhub, menurut Bambang, bertolak dari jakarta menuju Pare Pare pada Senin, pukul 16.00 WIB, menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Dengan pesawat tersebut, Menhub tidak terbang langsung menuju Pare Pare. ”Menhub naik pesawat hanya sampai Makassar. Setelah itu dilanjutkan perjalan darat menuju Pare Pare,” jelas Bambang.

Setibanya di Makassar, Menhub langsung disambut Wagub Sulses H Agus Arifin Nukman. Nukman juga turut mendampingi Menhub melakukan perjalanan darat menuju Pare Pare. Di Pare Pare, Menhub disambut Wali Kota H Mohammad Zain Katoe dan Administrator Pelabuhan Pare Pare Nurwahidah.

”Laporan terakhir Adpel Pare Pare, dari 34 korban selamat, 7 di antaranya ditemukan oleh kapal tangker MV CGL Lima dan langsung dievakuasi ke Makassar,” sambung Bambang. Dijelaskan, saat ini tengah dilakukan pengecekan terhadap informasi ditemukannya 21 penumpang selamat di Pulau Ambo.
 
Sejauh ini, lanjutnya, sebanyak 227 nama dilaporkan keluarga korban kepada pihak Administrator Pelabuhan. Namun, dari ratusan nama itu, hanya 139 nama yang terdaftar dalam manifest kapal. Sementara 88 nama lainnya tidak terdaftar. ”Diperkirakan ada yang menggunakan nama lain saat membeli tiket, jadi ada ketidaksesuaian dengan manifest,” kata Bambang.

Dalam jumpa pers di kantornya, Senin, Menhub menjelaskan bahwa KM Teratai Prima tenggelam akibat hantaman gelombang tinggi pada bagian lambung bagian kiri yang muncul akibat adanya pusaran angin taifun. ”Itu informasi sementara yang diterima dari korban dan nakhoda kapal,” kata Menhub. Kesimpulan pasti serta kronologi penyebab tenggelamnya kapal nahas milik PT Bunga Teratai Samarinda yang berbobot mati 747 gross ton tersebut, menurut Menhub, masih menunggu hasil penyelidikan akhir Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Kapal motor dengan panjang 50,4 meter dan lebar 9,36 meter yang berkapasitas maksimum 300 penumpang terbalik pada Minggu (11/1 sekitar pukul 04.00 WITA di periaran Baturoro, Majene. Kapal terbalik setelah melakukan pelayaran antara 7-8 jam atau setelah bergerak sekitar 2 mil laut dari daratan, dan terbalik di koordinat LS 03.39'.3'' BT 118.51'.6'' dan LS.04'.8'' BT 118.45'.2''.
Nakhoda kapal diduga tidak mengindahkan peringatan bahaya yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) maupun Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, tentang cuaca buruk di wilayah perairan yang akan dilayarinya tersebut.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kata Menhub, menginstruksikannya untuk meminta KNKT menginvestigasi perihal aksi nakhoda terkesan mengabaikan peringatan bahaya. Termasuk pula pihak syahbandar yang telah mengeluarkan surat persetujuan berlayar (SPB) kepada KM Teratai waktu itu. (DIP)