”Pelepasan oleh Menhub bisa dibilang soft launching. Kalau peresmiannya, rencananya akan dilaksanakan 26 September mendatang oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Makassar,” jelas Sekretaris Perusahaan PT Pelni Abubakar Ghoyim, di sela acara berbuka puasa bersama di Jakarta, Senin (22/9).

Dijelaskan Abubakar Ghoyim, dari Tanjung Priok, kapal rakitan perusahaan galangan kapal Meyer Werft GmbH, Bernard Meyer, Jerman, tersebut akan membawa sekitar 200-an penumpang tujuan Makassar. Namun, sebelum merapat di Pelabuhan Makassar untuk diresmikan, kapal berbobot 14.200 GT yang berkapasitas angkut 1583 orang dan 141 awak kapal tersebut akan singgah terlebih dahulu di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. ”Di sana akan mengangkut penumpang lagi, baru ke Makassar,” sambungnya.

KM Gunung Dempo merupakan kapal ke-28 yang dimiliki perusahaan pelayaran milik pemerintah tersebut. Kapal yang juga mampu mengangkut sebanyak 98 TEUs (98 kontainer ukuran 20 feet) itu akan diproyeksikan melayani rute Jakarta-Surabaya-Makassar, Ambon-Sorong-Biak/Srui-Jayapura.

Direktur Usaha PT Pelni Jussabella, sebelumnya mengatakan, diharapkan bisa beroperasi tanpa bantuan subsidi pelayanan publik (PSO) dari pemerintah. Untuk menutupi biaya operasionalnya, Pelni akan memaksimalisasikan keuntungan pengangkutan kargo. ”Kalau dihitung dari pendapatan, 98 kontainer itu bisa mengganti hampir 1000 penumpang,” terang Jussabella belum lama ini di Jakarta.

Jussabella mengatakan, jika disesuaikan dengan kapal-kapal Pelni yang lain, kapal seukuran KM Gunung Dempo sedianya bisa mengangkut hingga 2000-an penumpang. Namun, kepasitas angkut penumpang itu dikurangi untuk memberikan ruang lebih pada palka agar bisa mengangkut muatan kontainer lebih banyak.

”Tetapi prioritasnya tetap pada pengangkutan penumpang. Hanya saja perbandingannya (untuk kargo) sedikit lebih besar dari yang pernah dibuat sebelumnya, 75:25 persen,” rincinya.

Dengan tidak mengandalkan PSO, lanjutnya, PT Pelni pun diharapkan bisa melakukan evaluasi terhadap pengenaan tarif untuk mendekati biaya pokok operasional. Mengingat selama ini, katanya, kapal-kapal yang dioperasikan Pelni selalu tekor dalam sisi pembiayaan operasional per perjalanan.

”Untuk BBM saja, kebutuhannya mencapai hingga 60 persen dari total biaya operasional. Mudah-mudahan Gunung Dempo bisa tutupi selisih itu dari kargo,” tandas Jussabella.

Terkait angkutan lebaran, Ghoyim menambakan, KM Gunung Dempo juga termasuk satu dari 28 kapal Pelni yang dioperasikan untuk melayani salah satu rute padat angkutan mudik Lebaran tahun ini. ”Jalur Makassar termasuk salah satu rute padat kita. KM Gunung Dempo kita pasang untuk memperkuat jalur itu,” ujarnya.

Dia menambahkan, pada musim mudik kali ini, Pelni menargetkan peningkatan kapasitas angkut antara 10-15 persen lebih besar dari tahun lalu. Yaitu dari 546.306 penumpang pada 2007, menjadi 671.359 pada masa mudik Lebaran 2008. ”Tapi kalau melihat demand-nya, hitung-hitungan kita bisa lebih. Taksiran kami malah bisa sampai 800 ribuan penumpang. Untuk menutupi permintaan selama lebaran ini, Isnya Allah, kapasitas seats kita masih cukup,” kata Ghoyim optimistis.

Salah satu faktor yang berpotensi mendongkrak load factor Pelni, menurut dia, adalah tingginya harga jual tiket pesawat. ”Sementara harga tiket kita murah. Tidak naik, masih seperti tahun lalu. Masyarakat jadi pada lari ke angkutan laut. Sekarang saja, sudah sekitar 80 persen tiket kita yang terjual,” paparnya.

Selain rute Jakarta-Makassar, rute favorit lain yang menjadi andalan Pelni adalah ruas Jakarta-Belawan, Medan, yang dilayani KM Kelud (berkapasitas 2000 penumpang) dan KM Labobar (3000 penumpang). Kedua kapal itu dijadwalkan melakukan pelayaran pada 26 September mendatang. ”Total seats yang tersedia sekitar 6500-an. Sampai tanggal 22 (September) kemarin, sudah terjual 4000-an. Saya yakin masih akan ada penambahan,” pungkasnya. (DIP)