Menhub mengaku, tak lama setelah insiden pendaratan darurat pesawat MD-90 milik Lion di Batam, dirinya telah menghubungi Direktur Utama Lion Air Rusdi Kirana untuk menyampaikan imbauannya tersebut

”Saya sudah telpon Pak Rusdi bahwa bagus untuk dipertimbangkan mengganti pesawat MD series yang masih dioperasikan supaya lebih efisien,” jelas Menhub.

Di sisi lain, Menhub juga mengapresiasi tindakan Anwar Haryanto karena telah berhasil mendaratkan secara darurat pesawat Lion Air yang terkena masalah pada roda pendaratan bagian depannya itu tanpa menyebabkan akibat fatal. Menhub juga menjelaskan bahwa berdasarkan laporan yang diterimanya, pesawat itu mendapatkan perawatan yang baik sehingga tetap layak terbang.

Perihal pembatasan usia pesawat yang beroperasi, lanjut Menhub, hal itu lebih terkait pada sisi ekonomis pengoperasian sebuah pesawat. ”Kalau maskapainya lebih rasional untuk mencari profit, pasti akan mempertimbangkan usia pesawat. Sebab, kalau usia tua, biasanya biaya bahan bakarnya besar. Selain itu, biaya perawatannya juga besar,” paparnya.

Menhub meyakini bahwa insiden pendaratan darurat Lion Air di Batam itu tidak akan memberikan pengaruh terhadap penilaian Uni Eropa terkait larangan terbangnya.. ”Mereka juga baru saja mengalaminya, pesawat Turkey Airlines jatuh di Amsterdam. Kita juga ingin tahu sikap mereka. Itu sudah ke sekian kalinya di wilayah Eropa,” ujarnya.

Pesawat Lion Air jenis MD-90 dengan registrasi PK-LIO dan nomor penerbangan JT 972, mendarat darurat di Bandara Hang Nadim, Batam, Senin (23/2). Pendaratan darurat itu disebabkan oleh patahnya water deflector yang membuat roda pendaratan bagian depan tidak keluar.

Setelah berputar-putar selama 1,5 jam untuk mengurangi bahan bakar, pesawat yang dipiloti Anwar Haryanto dengan penumpang 156 dan enam awak tersebut berhasil mendarat tanpa korban jiwa dan kerusakan yang berarti pada badan pesawat. (DIP)