Beberapa topik dibahas dalam pertemuan yang dihadiri para pelaku bisnis penerbangan dari berbagai belahan dunia ini di antaranya mengenai model-model bisnis penerbangan yang baru mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi saat ini, peluang-peluang bisnis penerbangan di Asia yang sedang mengalami pertumbuhan angkutan penerbangan yang sangat pesat serta isu-isu yang berkaitan dengan kepedulian terhadap lingkungan hidup dalam dunia penerbangan.

Kunjungan kerja Menhub diawali pertemuan makan malam dengan Minister Mentor Singapura Lee Kuan Yew 17 Februari 2008 yang dihadiri pula oleh delegasi-delegasi dari negara-negara lainnya. Pada kesempatan tersebut Minister Mentor Singapura Lee Kuan Yew sempat membagikan pengalaman tentang keputusan yang pernah diambilnya untuk memilih bisnis penerbangan sebagai salah satu bisnis yang diandalkan untuk mendukung perekonomian Singapura. Keputusan tersebut ternyata tepat karena sejauh ini bisnis penerbangan di Singapura telah berkembang sedemikian pesat sehingga menjadi salah satu sektor yang menjadi pilar perekonomian Singapura.

Pada Selasa 19 Februari 2008 Menhub akan menyaksikan penandatangan kerjasama Garuda Indonesia dan Boeing, untuk pengadaan sepuluh pesawat berbadan lebar, jenis Boeing 777 – 300 ER sebagai armada baru Garuda Indonesia. Penandatanganan kerja sama tersebut dilakukan di Stand Boeing pada Singapore Airshow di Changi.

Aviation Leadership Summit 2008 merupakan salah satu event penting bagi segenap pelaku bisnis penerbangan internasional baik dari unsur operator (maskapai penerbangan dan bandar udara), industri pesawat terbang (aircraft industry), industri teknologi pendukung penerbangan, pemerintah (regulator) maupun asosiasi-asosiasi yang terkait dunia penerbangan internasional hadir dalam acara ini. Kegiatan ini sekaligus menjadi ajang pertemuan para pelaku bisnis penerbangan internasional untuk membahas perkembangan-perkembangan terkini serta peluang-peluang baru dalam bisnis angkutan penerbangan.

Kunjungan Ke KBRI

Pada kesempatan kunjungan kerja Menhub ke Singapura juga dilakukan kunjungan ke KBRI di Singapura meninjau proses pelayanan administrasi bagi para pelaut Indonesia. Menhub diterima oleh Wardana Dubes RI untuk Singapura yang didampingi oleh Leon Mohamad Atase Perhubungan Indonesia di KBRI Singapura. Dalam kesempatan tersebut Dubes RI untuk Singapura menjelaskan bahwa pihaknya selalu berupaya untuk mengoptimalkan pelayanan publik. Untuk pelayanan bagi pelaut misalnya waktu pelayanan diupayakan secepat mungkin.

Pelaut Indonesia yang bekerja di kapal-kapal Singpore sudah cukup baik dan mampu bersaing dengan para pelaut dari negara-negara Asean lainnya. Jumlah pelaut Indonesia yang bekerja di kapal-kapal milik perusahaan Singapore sekitar 7500 orang. Sementara, KBRI Singapore mencatat jumlah pelaut yang mendaftarkan untuk naik kapal (sign on) di Singapore sekitar 4100 orang. Selebihnya para pelaut itu sudah bergabung sejak dari Jakarta atau Batam. Pada umumnya hubungan kerja antara pelaut dengan perusahaan pelayaran Singapore sudah baik, dalam arti semua pelaut telah memiliki kontrak kerja (Pejanjian Kerja Laut) dengan standar gaji yang ditetapkan oleh International Labour Organization (ILO).

Permasalahan yang sering muncul adalah warga negera Indonesia yang berkerja di kapal penangkap ikan. Pada awalnya nelayan yang sebagian besar berasal dari Jawa Tengah (Pekalongan dan Cilacap) direkrut oleh Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) dijanjikan bekerja di kapal-kapal Korea, Jepang dan Taiwan dangan gaji yang cukup tinggi. Namun nelayan asal Indonesia tersebut yang tidak memiliki ijazah Basic Safety Training (BST) dipekerjakan dengan gaji yang rendah (di bawah Upah Minimum Rata-rata) dan tanpa kontrak kerja, sehingga sangat melemahkan posisi pelaut nelayan Indonesia tersebut. (BRT)