Selain itu, menurutnya, pihaknya juga telah meminta manajemen Express Air untuk melakukan evaluasi internal sebelum memutuskan untuk beroperasi lagi. Dephub sendiri, kata Yurlis, menunggu hasil evaluasi internal itu sebelum kembali mengizinkannya untuk beroperasi. Dijelaskan, kejadian yang menimpa pesawat nahas itu masuk dalam kategori accident, bukan insiden kendati penyebab pasti kecelakaan pesawat berpenumpang 31 orang dan tiga awak itu belum diketahui. ”Informasi awal, pesawat tersebut mendarat sebelum mencapai landasan (undershoot),” jelasnya. ”Alhamdulillah tidak ada korban dari kecelakaan ini. Semua dalam keadaan selamat.”

Dipaparkan Yurlis, pesawat jenis Dornier 328-100 rakitan Jerman 1995 itu adalah satu dari empat pesawat yang direcanakan akan dioperasikan Express Air pada rute yang sama. Sedangkan untuk rute penerbangan jarak jauh, akan digunakan dua pesawat jenis Boeing 737. ”Kami juga telah melakukan uji terbang (proofing flight) pesawat tersebut di rute-rute yang mereka ajukan, sebelum memberikan izin terbang bagi pesawat tersebut. Pesawat itu juga masih relatif muda,” paparnya.
Terkati kejadian tersebut, pilot pesawat otomatis menerima sanksi pelarangan dilarang (grounded).

Sementara bagi maskapai, saksi yang dibrikan berupa penangguhan izin pengoperasian pesawat jenis sama. Kebijakan ini berlaku hingga ada kejelasan dan kesiapan manajemen. Berdasarkan informasi dalam situs resminya, Travel Express Aviation Service (Express Air) adalah maskapai berjadwal penumpang. Perusahaan ini mulai beroperasi pada Juni 2003 dengan fokus pelayanan wilayah Indonesia Timur. Pada tahap awal, akan dioperasikan dua pesawat Boeing 737 dengan destinasi Makassar, Ternate, Sorong, Manokwari dan Jayapura. Sedangkan untuk penerbangan jarak pendek (komuter), rute yang dipilih meliputi wilayah Papua, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara. Pada rute ini, Express Air merencanakan utuk mengoperasikan enam Dornier 328 turbo-prop hingga akhir 2008.

KNKT Langsung Kirim Investigator

Dikonfirmasi terpisah, Ketua Sub Komite Udara Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Frans Wenas mengungkapkan, pihaknya telah menunjuk dua investigator untuk menyelidiki kejadian tersebut. Kedua investigatr yang diketahui bernama Sulaiman dan Chairudin itu akan diberangkatkan pada hari Jumat (7/11).

Frans sendiri mengaku belum mengetahui detail penyebab kecelakaan pesawat yang bertolak dari Bandara Domine Eduard Osok, Kabupaten Sorong, Papua itu. ”Dugaan awal, pesawat mengalami masalah pada main landing gear sebelah kiri yang tidak berfungsi,” katanya.

Juru bicara KNKT JA Barata yang dihubungi terpisah menjelaskan, pesawat yang dipiloti Capt Setyadarma tersebut tergelincir pada pukul 01.20 UTC (sekitar 10.00 WIT). Akibat kecelakaan itu, jelas Barata, nose atau mainwheel mengalami patah dan badan pesawat juga mengalami retak. ”Namun, seluruh penumpang selamat. Evakuasi penumpang masih berlangsung,” ujarnya. (DIP)