Bambang Soerjanto, direktur utama BUMN yang sebelumnya bernama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) tersebut mengungkapkan, upaya yang tengah dilakukan jajaran direksi bukan hanya untuk mendongkrak citra perusahaan penyeberangan itu di mata publik. "Tetapi juga Perhubungan, karena ASDP adalah bagian dari Direktorat Perhubungan Darat," katanya, di Jakarta, Kamis (14/8).

Dipaparkannya, sebagai imbas dari buruknya kinerja, perusahaan yang baru dipimpinnya selama 4 bulan tersebut tidak bisa menjadi market leader pada lintas penyeberangan komersial di Indonesia. "Pangsa pasar kita saat ini di bawah 20 persen. Ini menyedihkan, harus direbut lagi," tegasnya.

Bambang menilai kondisi tersebut tidak lazim. Alasannya, perusahaan ini sudah masuk lebih awal yakni membuka lintas-lintas perintis. Namun ketika lintas perintis itu berkembang menjadi lintas komersial, pihak swasta yang menyusul kemudian, langsung menguasai.

Bambang mengakui, pihak swasta secara umum lebih bersemangat dan serius. "Kami hanya merasa sudah menguasai pasar, ternyata tertinggal," ujarnya. Hasil evaluasi internal Indonesia Ferry menunjukkan, pada tujuh lintas penyeberangan komersial utama di Indonesia, saat ini Indonesia Ferry juga hanya di posisi kelima dari 35 operator penyeberangan besar. Empat operator swasta di atasnya adalah PT Jembatan Madura, PT Putera Master, PT Budi Samudera Perkasa, dan PT Jemla Ferry.

Ketujuh lintas penyeberangan itu adalah Merak-Bakauheni, Ujung-Kamal, Ketapang-Gilimanuk, Bajo'e-Kolaka, Palembang-Muntok, Padang Bai-Lembar, dan Kayangan-Pototano.

Pada tujuh lintasan itu, kapasitas kapal  Indonesia Ferry sebesar 15,777 atau 9,91 persen dari keseluruhan. Padahal dari sisi jumlah kapal yang dioperasikan di lintas-lintas itu, Indonesia Ferry di peringkat dua dengan 16 kapal. Adapun jumlah penumpangnya juga di peringkat dua sebanyak 6,715 penumpang atau 13,20 persen dari keseluruhan.

Untuk meningkatkan kinerja perusahaan, Bambang melanjutkan, saat ini di internal tengah dijalankan transformasi bisnis. Agenda jangka pendeknya antara lain pembuatan Permanent Command Centre dengan CCTV dan pemantau posisi kapal online pada lintasan komersial yang ditargetkan mulai beroperasi pada 15 September 2008.

"Jadi, command center kita nantinya tidak hanya ada pada momen-momen tertentu saja. Tetapi akan ada setiap hari, dan beroperasi selama 24 jam nonstop," katanya.

Selain itu, digagas pula dan penyempurnaan fasilitas pelabuhan dan kapal penyeberangan milik sendiri di Merak-Bakauheni, Ujung-Kamal, dan Ketapang-Gilimanuk.

Khusus untuk lintas Merak-Bakauheni yang merupakan lintas padat dan kerap macet, agenda perbaikan jangka pendeknya adalah penambahan kapal, pengaturan ulang manajemen lalu lintasnya, dan penggunaan tiket elektronik. "Masak dari dulu macet terus,"kata Bambang.

Langkah lain adalah menekan kebocoran pendapatan yang mencapai 30 persen. Pembenahan dari sisi sumber daya manusia, Indonesia Ferry memberlakukan Pakta Integritas yang mengikat jajaran direksi, karyawan, dan staf. Pakta itu menandai perubahan struktural perseroan mencakup antara lain perubahan logo dari PT ASDP Indonesia Ferry menjadi PT Indonesia Ferry.

Selain itu juga mencakup penegasan usaha pokok, penciptaan usaha penunjang, revitalisasi dan investasi alat produksi, serta restrukturisasi total perseroan dan strategi bisnis dengan pengaturan ulang traffic management. "Intinya tradisinya akan kami balik, dari dilayani menjadi melayani," kata Bambang.

Saat ini PT Indonesia Ferry mengoperasikan 84 kapal, rinciannya 38 kapal komersil, 44 kapal penugasan, dan 2 kapal carter. Lintas penyeberangan yang dilayani total 113 lintas seluruh Indonesia. Dari sejumlah itu, 29 lintas komersial dan 84 lintas penugasan oleh pemerintah sebagai lintas perintis. Dengan 31 cabangnya, ASDP mengoperasikan pelabuhan penyeberangan komersial dan penugasan masing-masing 17 penyeberangan.(DIP)