Ini merupakan pelayaran perdana kapal berusia 23 tahun itu pasca tsunami pada 2004 silam. Sebelum terjadinya bencana alam yang menelan hingga ribuan korban jiwa itu, KM Lawit memiliki jadwal rutin menyinggahi Nias dua kali dalam sebulan.

"Selama ini terputusnya pelayaran ke Nias bukan keinginan Pelni. Tapi lebih disebabkan karena adanya bencana tsunami sehingga diperlukan rehabilitasi dermaga oleh BRR," ujar Nakhoda KM Lawit Slamet Sedyoutomo, pada acara penyambutan kedatangan kapal tersebut di Pelabuhan Gunung Sitoli, Kabupaten Nias, Minggu (18/1).

KM Lawit bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok pada Kamis (15/1) dan tiba di Nias tiga hari kemudian. Sebelum menyinggahi Nias, kapal yang mengangkut ratusan penumpang itu terlebih dahulu menyambangi Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, untuk menurunkan dan menaikkan penumpang tujuan Nias dan Sibolga. Sebelum diperbaruinya Pelabuhan Gunung Sitoli, dari Jakarta KM Lawit langsung berlayar menuju Padang dan langsung ke Sibolga.

KM Lawit sukses bersandar di Pelabuhan Gunung Sitoli,Minggu (18/1) pukul 06.00 WIB. Sekitar pukul 08.00 WIB, kapal tersebut beranjak dari pelabuhan yang selesai dibangun kembali pada Desember 2008 itu menuju Sibolga dan tiba di sana sekitar pukul 15.00 WIB.

Pada pelayaran itu, KM Lawit mengangkut sedikitnya 400 penumpang tujuan Sibolga, Teluk Bayur (Padang) dan Tanjung Priok (Jakarta). Menurut rencana, setelah menyelesaikan pelayaran perdana ke Nias ini, KM Lawit akan melaksanakan docking rutin tahunan di Cirebon selama dua minggu.
"Kami sangat senang ada kapal Pelni yang singgah lagi di pulau kami, biaya perjalanan kami ke Sibolga, Padang maupun Jakarta bisa berkurang," ujar salah seorang penumpang.

Menurut Kepala Dinas Perhubungan Pemkab Nias Talizokho Wilawa, masuknya kembali KM Lawit memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Nias. Dengan tarif yang relatif jauh lebih murah dari moda udara dan kapal-kapal kecil, KM Lawit, kata dia, turut membantu pemeritah daerah setempat dalam meningkatkan laju petumbuhan ekonomi masyarakat.

"Membuka kembali pelayaran ke Nias, berarti membuka kembali keterisoliran masyarakat, dan secara otomatis pula memicu pertumbuhan perekonomian kami," ujar Talizhoko. Dia berharap, Pelni bisa menjadwalkan kedatangan KM Lawit ke Nias secara rutin seperti sebelum bencana tsunami, yaitu sekali dalam dua minggu.

Hal senada diungkapkan Ketua Umum DPP Himpunan Masyakat Nias Indonesia (HMNI) Inhtiar Nduru. "Pelni diharapkan bisa menyiapkan kapal pengganti, apabila KM Lawit akan merencanakan pelaksanaan docking selama dua minggu di Cirebon," katanya.

Alasannya, potensi penumpang yang berpergian menggunakan moda transportasi laut dari dan menuju Nias cukup besar. "Load factor-nya sekitar 500 orang, sebagian besar tujuan Jakarta. Potensi lainnya adalah kunjungan wisata lompat batu yang ada di wilayah ini. Dengan masuknya kapal penumpang Pelni diharapkan kunjungan wisatawann manca negara maupun domestik akan meningkat," pungkasnya.(DIP)