Menurut data yang dihimpun dari Posko Operasi Haji Garuda di Bandara KAIA, rata-rata delay (keterlambatan) yang terjadi berkisar antara 7-9 jam per kelompok terbang (kloter). Pada hari pertama, misalnya, dari 12 jadwal penerbangan, hanya lima kloter yang sukses meninggalkan Jeddah, meski tetap melenceng dari STD (schedule time departure) alias jadwal pemberangkatan yang ditetapkan. Sementara jadwal tujuh kloter sisanya, harus dijadwal ulang (rescheduling).

Ketidak tepatan jadwal pemulangan jemaah pada hari pertama tersebut, otomatis berimbas pada jadwal penerbangan di hari-hari berikutnya. Karena kloter-kloter yang mengalami delay pada hari pertama harus mengambil slot time (jatah waktu) penerbangan di hari kedua, bahkan hingga hari ketiga.

Menurut Senior Manager Hajj And Planning Garuda, Agus Widodo, di Posko Darat Garuda, di Hotel Jeddah Gulf, Kamis pagi waktu setempat, masalah tersebut muncul akibat sulitnya Garuda mendapatkan gate (pintu masuk penumpang) dan parking stand untuk pesawat di bandara yang pengoperasiannya saat ini ditangani Grup Bin Ladin tersebut.

Akibat terlalu tingginya pergerakan pesawat pengangkut jemaah haji di KAIA yang mencapai 280 penerbangan per hari, Grup Bin Ladin tampak kewalahan untuk mengatur arus penempatan pesawat di areal parkir dan gerbang masuk penumpang di area boarding. Akibatnya, proses parkir pesawat pun bergantung kepada kelihaian dan kejelian setiap pilot dan kru yang menangani ground handling dalam melihat peluang, yang didukung pula oleh faktor keberuntungan.

”Kita semua di sini rebutan, bahkan sampai ada pesawat yang putar-putar di bandara sampai empat jam lebih hanya untuk mendapatkan tempat parkir. Kondisi ini tidak hanya dialami Garuda. Maskapai lain juga mengalami hal yang sama dengan kita,” ujar Agus. ”Konyolnya lagi, ketika pesawat sudah dapat parkir, terkadang gate-nya tidak ada yang kosong. Risikonya, kalau pesawat parkir kelamaan dan tidak juga boarding, pesawat bisa diusir,” lanjutnya.
 Namun, imbuh dia, kondisi tidak berlaku bagi Saudi Arabia Airlines (SAA). ”Mereka punya gate dan parking stand sendiri di terminal haji yang lama. Pesawat mereka tidak boarding bersama-sama dengan kita di terminal haji yang baru,” jelas Agus.

Pesawat Rusak
Selain masalah gate dan parking stand, keterlambatan juga ada yang disebabkan kerusakan pesawat. Keterlambatan yang terjadi akibat masalah ini mencapai hingga 38 jam. ”Jemaah yang mengalami delay di atas 8 jam, terpaksa kita evakuasi ke hotel sampai pesawat pengganti datang. Itu sudah menjadi komitmen Garuda. Sedangkan yang di bawah delapan jam, kita sediakan makan di bandara,” lanjut Agus.

Hingga hari kelima, tercatat telah dua pesawat sewaan Garuda mengalami masalah. Pesawat pertama Garuda yang bermasalah, adalah pesawat Airbus A330 beregistrasi OYVKG yang dialokasikan melayani jemaah Kloter 2 Solo dengan nomor penerbangan GA 6601. Pesawat rakitan tahun 2000 yang disewa dari MyTravel Airways, Inggris, tersebut mengalami kerusakan teknis selagi masih berada di Soekarno-Hatta Cengkareng sehingga harus di-grounded sementara.

Akibatnya, jadwal pun di-switch. Jemaah Kloter 2 Solo yang dijadwalkan terbang pada hari pertama, Sabtu (13/12) pukul 14.00 waktu setempat, digeser terbang menggunakan jatah waktu dan nomor penerbangan milik Kloter 3 Solo (GA 6701) pada pukul 17.00. Sedangkan jemaah Kloter 3 Solo yang digeser tersebut, terpaksa menunggu hingga 14 jam atau terbang pada hari berikutnya, Minggu (14/12), menggunakan nomor penerbangan GA 6601 dan dengan pesawat berbeda.

Pesawat lain yang mengalami kerusakan adalah pesawat Boeing 767 yang dijadwalkan mengangkut jemaah Kloter 4 Ujung Pandang dengan nomor penerbangan GA 1402. Pesawat beregristrasi GDAJC rakitan 1994 yang disewa Garuda dari Thomas Cook Airlines tersebut mengalami kerusakan pada sistem hidrolik setelah berputar-putar selama empat jam lebih untuk mencari lokasi parkir. Roda pesawat yang macet, membuat pesawat itu tidak bisa bergerak dan masih tertahan di taxi way.

Delay kian panjang karena suku cadang pengganti harus didatangkan dari Abudhabi, Emirat Arab. Diperoleh informasi, waktu perbaikan yang dibutuhkan berkisar sekitar tujuh jam dan pesawat baru bisa terbang kembali pada Kamis (17/12) pagi pukul 06.05 waktu setempat, mengangkut jemaah Kloter 5 Ujung Pandang dengan menggunakan nomor penerbangan GA 1402.”Sementara Kloter 4 Ujung Pandang terbang Rabu malam, menggunakan nomor penerbangan GA 1303, yang sebelumnya miliki Kloter 5 Ujung Pandang,” jelas Agus.

Sejauh ini, berdasarkan informasi yang dirilis Departemen Agama, total jemaah haji reguler yang telah tiba di tanah air hingga Kamis (17/12), mencapai 26.135 orang (67 kloter), sebesar 13.59 persen dari total 192.178 yang diberangkatkan. Sementara jumlah jemaah yang meninggal dunia mencapai 283 orang. Penyebab terbesar meninggalnya jemaah adalah akibat akibat penyakit sirkulasi dan pernafasan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 209 jemaah meninggal selama berada di Mekkah. Sementara 34 jamaah meninggal di Madinah, 33 jemaah meninggal selama prosesi Armina, dan sisanya dilaporkan meninggal di Jeddah dan sedang dalam perjalanan. (DIP)