Menurut data yang dirilis Departemen Perhubungan, perbedaan harga itu meliputi penerbangan domestik dan internasional. Disebutkan, untuk penerbangan domestik, harga jual avtur yang dipatok Pertamina lebih tinggi 28,13 persen dibandingkan Singapura. Sementara untuk penerbangan internasional, selisihnya mencapai 18,46 persen.

Ditemui usai menerima Tanda Kehormatan Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia, Jumat (13/2), Menhub Jusman mengatakan bahwa pihaknya telah mengirim surat resmi kepada Dirut Pertamina dan Menteri ESDM untuk meminta penjelasan mengenai hal tersebut.
“Surat jawabannya dari Dirut Pertamina (Karen Agustiawan) sudah kami terima,”ujar Menhub.

Menurut Menhub, ada sejumlah alasan yang dikemukakan Karen dalam suratnya perihal perbedaan harga tersebut. Salah satunya adalah karena volume permintaan avtur di Singapura lima kali lebih tinggi dibandingkan di Indonesia.

Tingginya volume itu, menurut Karen, membuat Singapura bisa menerima keuntungan lebih besar dari permintaan tersebut. Sementara permintaan di Indonesia yang hanya seperlimanya, memaksa Pertamina untuk tetap mematok harga lebih tinggi. “Untuk itu, Dirut Pertamina juga menjelaskan pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap naik-turunnya harga avtur itu seperti yang telah dijanjikan kepada INACA (Asosiasi Angkutan Udara Nasional) ,” lanjut Menhub.

Sejalan dengan upaya evaluasi tersebut, menurut Mehub, Pertamina juga berusaha untuk mengimbangi harga jual avtur dengan Singapura. Namun, perealisasiannya masih menunggu terbangunnya kilang baru di Balongan yang berjarak lebih dekat.

Terkait kondisi ini, Menhub mengharapkan keterlibatan pihak swasta untuk menciptakan sebuah kompetisi dalam penjualan avtur di bandara-bandara dalam negeri. Karena kompetisi tersebut berpotensi mendukung upaya pemerintah untuk memajukan dunia penerbangan nasional.

Bandara Juanda Surabaya, menurutnya akan menjadi bandara pertama yang akan melibatkan pihak swasta dalam pengadaan avtur tersebut. “Untuk di kedua bandara tersebut, mungkin masih harus bekerja sama dengan Pertamina untuk infrastrukturnya. Kecuali kalau mau bangun sendiri. Nah, di Kualanamu mungkin bisa,” paparnya.

Harga avtur di Indonesia terus mengalami kenaikan sejak Januari 2008 hingga Agustus 2008. Pertamina baru menurunkan harga avtur sejak September 2008. Berbeda dengan Indonesia, maskapai negara lain menggunakan avtur dengan harga yang berfluktuasi langsung harga minyak dunia.


Rata-rata harga avtur di Indonesia periode Januari hingga Desember 2008 sebesar Rp9.699 per liter, atau mengalami kenaikan sekitar 47 persen dibandingkan rata-rata 2007. Nilai kurs dolar AS mengalami kenaikan sekitar 8 persen menjadi Rp9.749 dibandingkan dengan rata-rata di 2007.

Harga avtur di Indonesia sejak Januari 2007 hingga Desember 2008 lebih tinggi di bandingkan dengan harga avtur di Singapura, dengan rata-rata untuk penerbangan luar negeri lebih mahal sekitar USD 0,20 atau sekitar 31,77 persen dan untuk dalam negeri lebih tinggi sekitar USD 0,19 atau 30,03 persen. (DIP)