Kebijakan grounded ini didasarkan atas surat bernomor AU/1217/DKUPPU /0936/2009 tertanggal 11 Maret 2009 kepada Direktur Utama PT. Lion Mentari Airlines perihal Grounded MD-90 series PT. Lion Mentari Airlines. Berdasarkan surat tersebut, mulai Rabu 11 Maret 2009 seluruh pesawat MD-90 series yang dioperasikan oleh PT. Lion Mentari Airlines di grounded sampai dengan selesai dilakukannya product audit oleh Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU). Perusahaan penerbangan PT. Lion Mentari Airlines merupakan satu-satunya penerbangan yang mengoperasikan pesawat jenis ini, yang terdaftar di Ditjen Perhubungan Udara sebanyak 5 (lima) buah dengan rincian 1 sudah crash (tak berfungsi), tinggal 4 pesawat dimana 1 pesawat sedang dalam perawatan. Menurut Herry Bhakti, jenis pesawat ini masih digunakan oleh perusahaan penerbangan asing di luar negeri.

Pemeriksaan atas semua jenis pesawat MD 90 Lion ini paling cepat membutuhkan waktu selama 3 hari. “Pemeriksaan ini dilakukan oleh petugas bersertifikat, dengan prosedur tersendiri dan nantinya hasilnya juga akan di-release oleh petugas yang berwenang , tidak bisa sembarang orang melakukannya,”ujar Herry Bhakti. Soal hasil pemeriksaan nantinya Herry Bhakti menyatakan bahwa selaku regulator pihaknya harus fair, jika ternyata bagus Lion air dipersilahkan melanjutkan operasional pesawat MD 90-nya, namun jika harus ada perbaikan maka Lion harus memenuhi kewajiban untuk perbaikan terlebih dahulu.

Selaku regulator Departemen Perhubungan sudah sering menyarankan agar para operator mengganti pesawat tua termasuk jenis MD 90 ini. “Bukan berarti pesawat tua itu tidak laik terbang tergantung bagaimana perlakuannya, tetapi secara professional kami menyarankan agar pesawat MD90  ini diganti,”tambah Herry.  Menurut Herry pesawat tua tentu menuntut perawatan lebih dan akhirnya menjadi pemborosan dan tidak efisien. “Sebaiknya dalam satu maskapai tidak terlalu banyak tipe pesawat, kalau banyak tentu membutuhkan orang yang lebih banyak dan keahlian yang lebih banyak (untuk perawatan) jadi lebih tidak efisien, “kata Herry Bhakti. Ketidak efisienan inilah lanjut Herry Bhakti akan potensial menimbulkan benir-benih kelalaian yang dapat berujung pada insiden (SG/YFA/BRD)