Dalam pertemuan itu, kedua menteri didampingi Direktur Jenderal Perhubungan Udara Budhi Mulyawan Suyitno, Direktur Utama Merpati Cucuk Suryo Suprojo, dan Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar. Salah satu fokus pembahasan tersebut adalah meramu program penyelamatan untuk mengantisipasi kenaikan harga minyak dunia, antara lain mengagendakan penjualan saham strategis MNA.

"Harga minyak dunia bisa saja sampai USD 220 per barel, kami harus bersiap," kata Direktur Keuangan Merpati Robby Eduardo Quento, seusai rapat yang dilakukan di gedung Dephub, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Menurutnya, salah satu opsi restrukturisasi menyeluruh yang tengah dibahas adalah penjualan saham strategis. "Opsi itu masih diproses, sejak masih awal kita harus prepare," imbuhnya.

Meneg BUMN Sofyan Djalil mengungkapkan, kondisi Merpati saat ini memburuk. "Kita (di Dephub) meminta pendapat Menteri Perhubungan untuk menyelamatkan Merpati," ujar Sofyan Djalil usai pertemuan.

Sofyan mengungkapkan, keadaan Merpati sudah tidak bisa diharapkan lagi bila ditangani dengan cara-cara yang lama. "Dalam kondisi sekarang ini, Merpati sudah tidak sustain lagi. Jadi perlu ada penanganan," imbuhnya. Menurut Sofyan, Merpati harus ditangani secara menyeluruh, tidak bisa sebagian-sebagian. "Kalau penyelesaiannya sepotong-sepotong, nanti uangnya akan habis," ujarnya.

Mengenai langkah penyelematan apa yang akan dilakukan, Sofyan mengatakan ada beberapa opsi yang akan dilakukan. Namun dia tidak mau mengungkapkan opsi-opsi tersebut dengan alasan akan dilaporkan dulu ke Wakil Presiden Jusuf Kalla. Mereka menemui Wapres setelah pertemuan di gedung Dephub. Sebelumnya, di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat, Sofyan juga sempat mengungkapkan bahwa restrukturisasi Merpati membutuhkan tindakan drastis mengingat kesulitan keuangan yang diderita Merpati sudah terlalu berat. "Harus ada tindakan drastis," tegasnya.

Sementara Direktur Jenderal Perhubungan Udara Budhi Mulyawan Suyitno sempat mengatakan bahwa salah satu opsi yang bisa dilakukan manajemen Merpati adalah dengan mengkonsentrasikan operasional pada rute-rute penerbangan pengumpan dan perintis. "Sebab, yield (pendapatan per kursi) tinggi, sedangkan perintis disubsidi pemerintah. Apalagi Merpati masih memiliki pesawat yang tepat untuk rute ini," ujarnya.

Untuk diketahui, direksi baru Merpati telah berupaya keras memperbaiki kondisi keuangan perusahaan tersebut yang masih merugi, namun sejauh ini langkah yang dilakukan belum membuahkan hasil. Merpati sendiri telah merencanakan melepas 40 persen saham yang dikuasai pemerintah melalui penjualan langsung (direct placement), mulai pertengahan tahun ini. Opsi lainnya adalah mengajukan restrukturisasi utang agar bisa meningkatkan arus kas dari sebelumnya negatif menjadi positif. Salah satunya adalah utang kepada Bank Mandiri yang mencapai Rp192 miliar. Terkait dengan utang tersebut, Bank Mandiri sebelumnya berencana menggelar restrukturisasi kredit dengan skema pembayaran dan opsi pelepasan aset noninti (non-core asset) BUMN penerbangan itu.

Pada tahun ini, Merpati berencana menambah sedikitnya 15 unit pesawat jenis Boeing 737-300 dan 737-400 untuk memperkuat penetrasi pasar di dalam negeri dan regional. Jumlah pesawat yang ada saat ini masih dianggap belum memadai untuk memperkuat pasar dalam negeri dan pengembangan rute baru di regional Asean. Saat ini Merpati memiliki 37 pesawat dari berbagai tipe yakni 22 pesawat jet dan 15 jenis propelleruntuk melayani 174 rute penerbangan dipimpin oleh direktur utama baru. (DIP)