Perubahan nama bandara tersebut diresmikan oleh Menhub, Jusman Syafii Djamal Rabu pagi (2/4) di Tanjung Pinang. Hadir dalam acara tersebut antara lain Gubernur Kepulauan Riau, Ismet Abdullah; Wakil Ketua Komisi V DPR-RI, Hardi Susilo, dan Dirjen Perhubungan Udara Budhi M. Suyitno.

Perubahan nama tersebut dituangkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2008 tanggal 5 Februari 2008, yang antara lain menyebutkan bahwa perubahan nama Bandara Udara Kijang menjadi Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah lebih mencerminkan identitas Provinsi Kepulauan Riau yang sarat muatan budaya Melayu.

Peresmian Perubahan Nama Bandara Tanjung Pinang merupakan acara pertama dari tiga acara pokok dalam kunjungan kerja Menhub ke Provinsi Kepulauan Riau, Rabu (2/4). Dua acara lainnya adalah serah terima Operasi Kapal Perintis ‘Gunung Bintan’ dari Dephub kepada Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan Penandatanganan MoU antara Otorita Batam dengan PT. Garuda Indonesia tentang Pengelolaan Haji dan MoU antara Otorita Batam dengan PT Cardig Indonesia tentang Perbaikan Pesawat Udara di Bandara Hang Nadim, Batam.

Serah Terima Kapal

Sementara itu serah terima Kapal Perintis Gunung Bintan kepada Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau di Pelabuhan Sri Bintan Pura, dilakukan Dirjen Perhubungan Laut, Effendi Batubara sebagai wakil Departemen Perhubungan dan Sekretaris Derah Provinsi Kepulauan Riau, Edi Wijaya dengan disaksikan oleh Menteri Perhubungan, Jusman Syafii Djamal dan Gubernur Kepulauan Riau. Kapal dengan bobot mati 750 ton (DWT) dibangun dengan biaya Rp. 20.172.000.000,- merupakan Kapal Perintis ke-21 dari 25 kapal Perintis yang dibangun dan diserahkan dari pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Perhubungan kepada pemerintah daerah di seluruh indonesia.

Dengan penyerahan kapal yang akan melayani angkutan penumpang dari Tanjung Pinang ke arah utara, yaitu ke kepulauan Natuna, diharapkan masyarakat Kepulauan Riau akan mendapatkan pelayanan jasa transportasi laut yang lebih baik (JAB)