Iskandar mengatakan, rute bus lintas negara itu adalah Pontianak (Indonesia) – Kuching (Malaysia) – Miri (Malaysia sudah dekat perbatasan Brunei) – Brunei Darussalam. Namun, rute ini dapat dilaksanakan dengan catatan tidak boleh mengangkut dan menurunkan penumpang yang berasal dari Malaysia. Bus hanya boleh mengangkut penumpang dari Indonesia ke Brunei, atau yang asalnya Brunei menuju ke Pontianak. Menurut Iskandar, rute itu sangat strategis bagi Indonesia mengingat banyak tenaga kerja Indonesia yang melakukan perjalanan di daerah tersebut.

Seperti yang diberitakan di media massa beberapa waktu yang lalu, Direktur Usaha Perum Damri Bagus Wisanggeni menyatakan, Perum Damri sudah menyiapkan lima unit bus besar untuk layanan transportasi darat yang melintasi Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Sesuai kesepakatan Brunei Darussalam dengan Indonesia, masing-masing negara mendapat hak mengoperasikan 10 unit bus. Dari Indonesia, selain Damri, bus juga dipasok PT SSDS, operator bus di Pontianak, Kalimantan Barat. "Jadi, operator swasta juga masuk di sini," kata Iskandar.

Selain rute Pontianak-Brunei Darussalam, Iskandar mengatakan, jalur lain yang potensial adalah Nusa Tenggara Timur – Timor Leste, dengan rute Kupang sampai ke Dili. Selain itu, pemerintah juga akan menggarap rute menuju Papua Nugini sebagai next stage atau proyek selanjutnya. "Rute ini akan menguntungkan Indonesia mengingat posisi kehidupan masyarakat dan industri di Papuan Nugini belum begitu maju. Banyak penduduk Papua Nugini yang belanja ke Provinsi Papua kita," kata Iskandar.

Selanjutnya Iskandar menjelaskan, infrastruktur jalan Indonesia di perbatasan Provinsi Papua sebenarnya sudah jadi dan bagus, namun jalan di Papua Nugini belum begitu bagus. "Yang penting kan sebenarnya tergantung demand. Kalau demand-nya tinggi ya kondisi jalannya dibikin bagus. Kalau demand-nya rendah, masak mau dibikin highway?" jelas Iskandar . (YFA)